Lihat ke Halaman Asli

Santo Masse

Ngopi sepanjang hari

Bumi Berdarah

Diperbarui: 17 Oktober 2022   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nyaris menghilang... 

Tuan-tuan apakah ada kesalahan atas kekeliruan hamba terjajah? 

Mereka kerap kali di marginalkan, saking perihnya di perlakuan layaknya binatang, tak berperikemanusiaan. Lantas apa sebab akibat hingga tuan bersikap demikian? 

Sekiranya tuan mengijinkan dan berbelas kasih, berilah sebutir harapan merdeka, luangkan jiwa dan raga atas mereka yang ditimpa beribu-ribu derita. 

Ohh, amat terhina lah tuan jika sekiranya tak berbudi baik, tidak bersimpati. Tuan, sungguh tak layak diri mu bertempat di kursi singgah sana sang raja. Dengarlah wahai tuan-tuan. 

Perlu kah kami terangkan, bahwasanya dimana ada seorang tuan pastilah ada seorang budak. Kau tak akan di juluki seorang tuang bertahta raja, jika para budak-budak dan hamba sehaya tidak ada. Lantas tuan mengidolakan gelar dengan Raja. 

Wahai tuan-tuan, dengarlah sesekali hamba terhina dan terjajah. Amat berat rasanya bernafas, bahkan terbata-bata menghela. Pada rasa juga demikian, terasa hampa, bingung mana kah rasa pahit dan manis. Lebih-lebih manakah yang putih dan hitam. Tuan berilah kasihmu. 

Jika memang tuan bersikeras pada pendirian tuan, maka sebagai budak/hamba yang ingin merdeka wajib membunyikan suara perang. Menghunus pedang...!! 

Kami rasa tidaklah patut jika tanah ini penuh dengan peperangan. Jika tanah ini berlumuran darah, dan jika bau negeri ini bau korban mayat-mayat atas peperangan. Apakah tuan tidak ingin itu terjadi? 

Sungguh kami sudah tak ingin ada kekejaman antara manusia di bumi, apalagi saudara-saudari terbunuh tanpa sadar. 

#TuanHamba




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline