Lihat ke Halaman Asli

Jakarta, Kota Kelahiranku

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya lahir di Jakarta, 53 tahun yang lalu. Ayah saya, Koentadyarto Sastroamidj juga lahir di Jakarta.

Kakek saya, Soeratno Sastroamidjojo adalah wakil wali kota Jakarta ketika Jakarta dipimpin oleh Soediro. Walaupun saya tidak sempat mengenal secara pribadi siapa kakek saya, namun saya bangga sebagai cucunya. Semua tentang kakek saya, cuma bisa saya dengar lewat cerita.

Membicarakan Jakarta, tidak akan ada habisnya. Jakarta sebagai kota yang tidak pernah tidur, juga punya cerita yang tidak pernah akan selesai. Pergantian pemimpin terus berkesinambungan, sesuai roda kehidupan, membuat masalah yang dihadapi Ibu kota ini tidak pernah akan habis. Semuanya sesuai perkembangan zaman.

Di awal kemerdekaan, Jakarta sudah pernah menjadi masalah, hingga apda suatu masa Ibu kota RI dipindahkan ke Jogjakarta. Oleh karena itu, sejak awal berdirinya Negara RI, Jakarta memang selalu bergerak, penuh dinamika. Begitu juga dengan masalah yang dihadapinya.

Satu hal yang membuat Jakarta bertambah-tambah masalahnya sejak awal adalah urbanisasi. Karena Jakarta sebagai Ibu kota seperti menjanjikan kehidupan yang jauh lebih baik pada kebanyakan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Bayangkan, ketika saya lahir jumlah penduduk kota Jakarta adalah 2.906.533,

Dengan luas daerah 661,52 km2 yang tidak pernah bertambah, pada tahun 2014 penduduk Jakarta mencapai 10.187.595 jiwa. Bayangkan bagaimana pertumbuhan penduduknya begitu pesat.

Dari pertumbuhan penduduk itulah, masalah yang dihadapi Pemerintah Daerah semakin kompleks. Terutama dalam hal transportasi, fasilitas umum, layanan publik dan masalah sosial budaya.

Akhir-akhir ini yang menjadi perhatian adalah masalah infra struktur menyangkut fenomena banjir. Hal mana tidak dapat dilepaskan dari masalah kependudukan. Penduduk dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan di kali / sungai, membangun tempat tinggal di bantaran kali, hingga fasilitas drainage yang tidak layak yang juga disebabkan jumlah penduduk yang sangat banyak.

Lalu ada lagi masalah transportasi umum. Ini juga menyangkut populasi penduduk, sekali lagi. Jumlah alat transportasi terus menerus berkurang seiring bertambahnya jumlah penduduk.

Itu hanya beberapa masalah umum yang terlihat di permukaan, yang selalu menjadi Pekerjaan rumit sang Kepala Daerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline