Lihat ke Halaman Asli

Santi Lisnawati

Ibu rumah tangga, dosen. Boleh berbagi tentang pendidikan

Cinta (Ikuti)

Diperbarui: 5 Februari 2021   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

CINTA  (IKUTI)

Mau bukti apakah seseorang itu mencintai? Ciri mudah yang dapat diketahui tanda seseorang itu cinta, maka ia akan ikuti, turut, taat pada yang dicintai. Pengetahuan, Kefahaman, ketertarikan, keyakinan dan kepercayaan terhadap yang dicintainya tidak sulit untuk mengikuti apa yang menjadi titahnya.

Cinta yang ada, dengan pengorbanan besar, kecintaan yang menggila dan ketaatan yang tulus jangan sampai salah alamat.  Cinta habis-habisan pada makhluk harus dapat dikalahkan dengan cinta mati-matian pada yang menciptakan makhluk. Dia Sang Pencipta.

Sang Pencipta mengenalkan dirinya, menyampaikan keagungan, kekuasaan dan kebesarannya melalui risalah yang sampai pada manusia. Penyampai risalah atau utusan itu telah berlalu dari banyak para utusan hingga utusan yang terakhir Nabi  Muhammad SAW.  Tidak adalagi utusan setelahnya. Meski beliau sudah tidak ada, pesannya  agar tidak keliru jalan maka peganglah, amalkanlah apa yang ada dalam Al-Quran dan Hadits.

Bukti cinta itu taat mengikuti. Ini sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. Ali-Imran, 3:31. "Katakalah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku." Rasul Muhammad adalah Al Quran berjalan. Apa yang telah Allah sampaikan telah nyata dalam perilaku Rasul. Apa-apa yang  Rasul lakukan menjadi  bagian yang patut diikuti. Itulah  yang dinamakan sunnah.

Bukti kecintaan itu terlihat sebarapa banyak sunnah yang diikuti. Seberapa besar cinta kepada Allah, terukur sebarapa taat dalam melakukan ibadah. Apakah  dengan  mendekat, berjalan atau beralari kah menuju kepada-Nya.

Cinta menyimpan kedamaian, cinta menyimpan keindahan, kerinduan dan tidak pernah ada penyesalan, pastikan itu hanya cinta kepada Allah.

Nabi bersabda, "Barangsiapa ada tiga perkara padanya, maka ia telah mendapatkan manisnya iman, yaitu hendaklah Allah dan Rasul lebih dicintai dari apa selain keduanya, hendaklah ia mencintai dan membenci seseoang semata karena Allah, dan hendakah ia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia benci jika dicampakkan ke dalam neraka. HR. Bukhari Muslim.

Manis dan nikmat ketaataan, kepercayaan, keimanan apabila menempatkan kecintaan Allah dan Rasul  diatas kecintaan kepada apa pun. Kita senang dengan orang yang pemurah, tajir, memiliki banyak kekayaan, kekuasaan yang besar. Kita mudah menuruti karena ada rasa senang, nyaman,   terjamin, percaya. Tetapi ini terbatas, adakalanya berakhir tidak menyenangakan.  Hanya kecintaan yang didasari kecintaan pada Allah dan Rasul yang mengekalkan. Berjalan dalam ketaatan.

Hanya milik Allah yang abadi. Yang Maha Kaya, Yang Maha Kuasa, Yang memiliki kekuasaan di langit dan bumi.  Yang janjinya benar, tepat hanya Allah. So, mau kemana lagi mencari  yang lebih dan sehebat kekuasaan itu selain kepada Allah.

Aku percaya ada dalam genggaman-Nya, percaya takdir-Nya, percaya janjinya. rindu perjumpaan dengan-Nya, mengharap ampunan-Nya, aku berserah pada-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline