Apa jadinya bila enam perupa wanita menghasilkan sederet karya, lalu menyajikan nya dengan sepenuh cinta, bagi para penikmat seni dan budaya, di Monkey Forest Gallery Ubud ?
Gaung Pesta Hari Lahirnya Kartini belumlah usai, tanggal 21 April 2019 bangsa Indonesia menyatakan telah 140 tahun berlalu semenjak Kartini menjadi tonggak lahirnya emansipasi kaum wanita Indonesia dalam upaya berkiprah bagi Negara. Dan, bagai tak hendak surut dari upaya ikut berperan serta pula, enam perupa wanita menyajikan beragam karya nya.
"Kami hadir dengan membawa beragam hasil seni, memperlihatkan eksistensi di bidang seni, sebagai seniman wanita, yang turut andil dalam upaya pengembangan jati diri kaum wanita, juga tenaga penggerak bagi banyak wanita lain untuk terus berkarya", ujar Satya Cipta mewakili rekan-rekan perupa wanita nya.
Mengapa memilih Monkey Forest Gallery ? Ubud adalah salah satu destinasi wisata dunia. Mereka ingin memperlihatkan bahwa wanita perupa bisa tampil ber pameran disini dengan kualitas karya terbaik pula. Ini menjadi ajang pembuktian jati diri masuk dalam kancah dunia.
Ada Satya Cipta, Vony Dewi, Jero Candra KK, Suryani, Mona Palma, hingga IGA Ratih Aptiwidyari. "Kami dari berbagai penjuru nusantara, dengan beragam profesi, tingkat pengalaman serta pendidikan yang dimiliki, ingin memperlihatkan bahwa wanita juga bisa ber kolaborasi, menjalin diskusi dan bersatu menyajikan hasil karya di sini, untuk dinikmati, diamati serta dikritisi", ujar Mona Palma dengan bersemangat mengatakan begitu antusias nya mengikuti pameran kali ini dengan membawa berbagai hasil karyanya.
Di kuratori oleh Ketut Budiana dan dibuka oleh JMK Pande Wayan Suteja Neka pada Hari Jum'at, 26 April 2019 di Monkey Forest Gallery, Pameran "Myth & Women" oleh enam perupa wanita berlangsung hingga 26 Mei 2019. "Saya ingin memperlihatkan bahwa banyak kearifan lokal yang tumbuh sejak dahulu kala dari jaman nenek moyang, dan tetap relevan dengan konteks kekinian bagi dinamika masyarakat dalam konteks dunia global", ujar IGA Ratih Aptiwidyari yang kemudian memberikan penjelasan tentang beberapa hasil karyanya.
Salah satu pengunjung, Scott Bauer, mengakui bahwa kini peranan kaum wanita, termasuk perupa wanita, sungguh hebat. Dia juga hadir untuk menikmati dan mengakui kematangan karya perupa wanita pada pameran kali ini. Dia juga mengakui bahwa kolaborasi merupakan suatu hal yang mutlak dalam mencapai hasil maksimal, bagi siapapun, untuk mereka yang bergerak di dalam dunia pariwisata, seni dan budaya, memperluas wawasan pergaulan, saling bertukar informasi dan memahami perkembangan dunia teknologi yang terbarukan, melebarkan jaringan perekonomian, dan berbagai hal lainnya....
Dan, lihatlah bagaimana riwayat Pedanda Baka terwujud dalam karya feminis di tangan penciptanya, betapa, persepsi perupa Suryani menguraikan sosok ibu dalam hasil karyanya, Mona Palma menggambarkan lekuk artistik disetiap hasil karyanya, Satya Cipta menampilkan guratan seni indah dalam nuansa dominan hitam dan putih, Jero Candra yang menyajikan sosok keluguan di setiap guratan lukisan pemandangan yang dihasilkan. Para perupa wanita ini memiliki kelas nya masing-masing. Mereka sama namun tak serupa, mereka serupa namun tidak lah sama. Namun satu yang nyata, mereka mampu menyajikan hasil karya yang indah untuk dinikmati bersama.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H