Lihat ke Halaman Asli

santi diwyarthi

Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....

"Pontianak, I'm in Love" (4)

Diperbarui: 13 Januari 2019   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Sama seperti berbagai daerah perbukitan dengan penghasil kopi, Pontianak juga terkenal dengan olahan kopi. Salah satu jenis kopi yang dihasilkan adalah Robusta.

(dok. pribadi)

Bila anda berkunjung ke rumah-rumah penduduk di kampung, mereka akan menyapa ramah dan menghidangkan suguhan kopi bagi anda. Istilah "sepok" diberikan bagi orang yang dianggap kampungan. Oopps, namun jangan keliru! Istilah ini bahkan diberikan untuk menamai kopi bubuk dalam kemasan yang bahkan sudah diekspor. Dibandrol dengan harga Rp. 65.000, kemasan ini bahkan laris manis dibawa sebagai buah tangan, alias oleh oleh khas Pontianak.

(dok. pribadi)

Tidak hanya kopi. Masyarakat juga mengemas berbagai bahan olahan lain terkait minuman yang sudah dikeringkan berupa serbuk, dengan khasiat menyegarkan anggota tubuh, seperti jahe merah, buah dewa, kunyit, sari kencur, buah asam. Ya, mereka menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang manajemen dan dunia pemasaran, mengemas produk se menarik mungkin, se efisien mungkin, hingga memenuhi kualitas  pelanggan dan bisa menarik penjualan.

(dok. pribadi)

Industri kopi nusantara termasuk dalam 20 puncak industri kopi ternama kelas dunia. Hal ini memberi gambaran bahwa mulai dari perencanaan, pembibitan, penanaman, pengolahan, pengemasan, juga pemasaran dan kontrol kualitas layanan industri kopi nusantara ini telah diakui dunia.

Sejumlah agenda kegiatan, baik festival, event, perlombaan, digelar sepanjang tahun di seluruh nusantara. Baik itu melibatkan para petani kopi, pengusaha, pemerintah, masyarakat luas, kalangan pendidik, kaum muda, hingga para pengambil kebijakan tingkat dunia.

(dok. pribadi)

Demikian pula hal nya yang dilakukan oleh Kubu Raya, salah satu kabupaten muda di Propinsi Kalimantan Barat. Beragam pengemasan yang terpampang disini memperlihatkan aneka kreativitas produsen Instan Hijriah dalam menarik minat pembeli kopi.

Perkembangan pariwisata yang signifikan mulai terlihat nyata diiringi oleh berbagai produk pariwisata, termasuk produk berupa barang, yakni kopi. Kopi lokal Kalimantan Barat tampil menarik dan cantik menggugah selera di berbagai hotel dan restoran ternama, bahkan dibawa sebagai tanda cinderamata oleh para wisatawan.

Selama lebih dari dua dekade, kopi merupakan produk pangan yang paling kompleks. Kopi tidak lagi hanya sekedar pemuas dahaga atau pemasok kafein bagi tubuh, namun telah menjadi penanda strata sosial.

Kopi bukan lagi hanya sekedar diseduh dengan air panas, dihidangkan begitu saja di depan kita. Ini merupakan masyarakat penikmat kopi Generasi Gelombang Pertama (The First Wave) dari serangkaian evolusi konsumsi kopi (Meilani, 2017).

(dok. pribadi)

Generasi Gelombang Kedua (The Second Wave) merupakan generasi masyarakat penikmat kopi yang telah mendekati puncak evolusi gastronomi kopi, menikmati kopi yang berkualitas, seperti kopi arabika segar, beraroma menarik. Kopi ini merupakan kopi special bagi penikmatnya, memiliki sertifikasi Fair Trade Coffee, dengan Organic Certification, Shade / Bird -- Friendly Certification, disajikan dengan penuh Creativity & Eco -- Friendly, dan berbagai persyaratan lain.

Sedangkan Generasi Gelombang Ketiga (The Third Wave) adalah generasi masyarakat penikmat kopi ekstrim yang lebih radikal, berani merogoh kantong dengan dalam, mengeluarkan biaya dan tenaga, demi mendapatkan kopi yang berkualitas menurut mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline