Lihat ke Halaman Asli

santi diwyarthi

Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....

Siwa Ratri

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Coma Pon Pahang, Senin, 19 Januari 2015. Hari Raya Siwaratri bagi umat Hindu. Hari yang dikenal sebagai pengendalian diri dari sikap egois dan emosi.

Umat Hindu berupaya mengendalikan diri dari beragam sifat dan sikap negatif. Sikap ini terwujud dalam rangkaian hari-hari yang mereka miliki, baik itu . mengapa, karena sikap ini akan senantiasa meningatkan kita semua, bahwa dengan pengendalian diri, akan terhindar konflik batin dan konflik antar umat. Dengan pengendalian diri, akan terjaga toleransi dan terjalin kebijakan di setiap tindakan. Dengan pengendalian diri, setiap orang menjadi dewasa dalam mencapai tujuan hidupnya.

Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecenderungan, yakni kecenderungan berbuat baik dan kecendrungan berbuat jahat. Dua kecenderungan tersebut,  yaitu :


  1. Daiwi Sampad, yaitu sifat kedewaan.
  2. Asuri Sampad, yaitu sifat keraksasaan.

Daiwi Sampad bermaksud  menuntun perasaan manusia ke arah keselarasan antara sesama manusia.

Sifat – sifat ini perlu dibina. Perkembangan kecendrungan sifat – sifat Daiwi Sampad dan Asuri Sampad pada manusia ada yang timbul karena faktor luar dan ada pula faktor dari dalam diri sendiri, serta ada pula dari kedua faktor tersebut.

Manusia didalam bertingkah laku sangat di pengaruhi oleh tiga sifat yang disebut Tri Guna, Tri Guna adalah tiga macam sifat manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tri Guna terdiri dari :


  1. Satwam atau sattwa adalah sifat tenang.
  2. Rajas atau rajah adalah sifat dinamis.
  3. Tamas atau tamah adalah sifat lamban.


Tri Guna terdapat didalam diri setiap manusia hanya saja ukurannya berbeda – beda. Tri Guna merupakan tiga macam elemen atau nilai – nilai yang ada hubungannya dengan karakter dari makhluk hidup khususnya manusia

I Wayan Sudira (2012) menjelaskan bahwa sudah seharusnya seseorang yang mendalami dan memahami ajaran agama, mengaplikasikan ajaran tersebut pula di dalam kehidupannya. Seharusnya lah, ajaran agama mampu membuat seseorang menjadi semakin bijak, dari perilaku yang tidak baik (seperti: . Dari belengu Asuri Sampad menjadi Daivi Sampad. Dari pengaruh Danawa (sifat-sifat destruktif raksasa) menjadi perilaku Madhawa (Dewa / kemuliaan). Dari Wisya (racun, bencana, ketidak beruntungan) menjadi matemahan Amerta (penghidupan, karunia, kemuliaan)

Terkadang, orang bisa terjerat kesombongan, iri hati dan keinginan berkuasa. Dengan semangat Siwaratri, berpuasa dan pengendalian diri berkali-kali, beragam energi negatif dan destruktif / merusak ini di somya, dilebur, dikikis dan dikendalikan menjadi kearifan, kecerdasan, dalam menyikapi beragam situasi kehidupan.
Makna Siwaratri

Siwaratri memiliki arti Malam Siwa. Kata Siwa (Sanskerta) bermakna baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan membahagiakan. Siwa merupakan gelar atau nama kehormatan bagi Tuhan, yang diberi nama atau gelar kehormatan Dewa Siwa, dalam fungsi beliau sebagai pemerelina untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk kebahagian. Sedangkan kata Ratri artinya malam, malam disini juga dimaksud kegelapan. Jadi Siwaratri berarti malam untuk melebur atau memralina (melenyapkan) kegelapan hati menuju jalan yang terang.

Kekawin Siwaratri karya Mpu Tanakung di kalangan masyarakat Hindu di Bali lebih dikenal dengan nama Kekawin Lubdaka. Kekawin ini biasanya dibaca pada hari raya Siwaratri, yaitu pada hari Caturdasi Krsnapaksa artinya panglong ping 14 Sasih Kepitu atau sehari sebelum bulan mati pada bulan magha (ke-7) yaitu malam yang paling gelap di dalam satu tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline