Siapa sih yang tak ingin anaknya cerdas dan pandai berpendapat ??? Pastilah semua orang menginginkan hal tersebut. Tapitak jarang kita jumpai anak yang mínder, kurang percaya diri, takut berpendapat bahkan untuk mengutarakan kebenaran sekalipun.
Ada banyak kemungkinan yang menyebabkan anak takut menyatakan pendapat . Mungkin karena takut dimarahi, takut salah, tidak dibiasakan sejak dini atau mungkin juga karena orang tuanya selalu mewakilinya ketika dirinya ditanya orang lain.
Trus bagaimana sebaiknya kita menyikapinya ? Apa yang mesti orang tua lakukan agar tidak terjadi hal tersebut ? Mungkin alangkah baiknya jika kita belajar dari novel "Celestine Prophecy" karya James Redfield, yang dituliskan untuk memperlakukan anak-anak sebagai sosok individu. Sejak bayi, harus selalu membuka percakapan dengan mereka dan banyak bertanya kepada mereka.
Saat anak-anak sudah mulai bisa bicara, proses bertanya itu menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Apalagi saat mereka mulai bisa bercerita atau mengutarakan pendapatnya. Sedapat mungkin mendengarkan dan bersikap positif atas apa-apa yang mereka katakan; sebaliknya berusaha tidak merendahkan atau menertawakan apapun yang mereka katakan. Yang perlu dijaga adalah perhatian penuh untuk mendengarkan, yang hasilnya sangat jauh berbeda dengan sekedar mendengar.
Sebagai pembimbing kita tidak boleh memperlakukan anak-anak seperti "orang yang tidak tahu apa-apa". Sedapat mungkin tidak "mewakili" mereka seandainya mereka dapat mewakili diri mereka sendiri. Jika ada yang bertanya mengenai nama, umur, dan sebagainya; mintalah mereka untuk mengajukan pertanyaan itu langsung kepada anak-anak untuk menjawab pertanyaan itu sendiri.
Jadi, dari novel tersebut kita bisa mengambil beberapa kesimpulan. Sebagai orang tua yang bijak, pertama biarkan anak bercerita, apapun yang anak bicarakan sebisa mungkin kita dengarkan sehingga anak akan merasa dihargai. Kedua, Sebisa mungkin jangan mewakili anak seandainya mereka mampu melakukanya sendiri, misal : ketika mereka ditanya nama, umur, sekolah di mana, dll. Dan yang terakhir hindari kata-kata yang kasar dalam merespon anak, misal : “bodoh!, gitu aja gak bisa.” agar anak tidak takut untuk menyatakan pendapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H