Tidak ada seorang pun yang mau hidup dalam penjajahan, apalagi betah. Tidak ada seorang pun yang mau hidup dibelenggu, apalagi sampai mati. Ada orang menantikan pembebasan, kemerdekaan, dan pelepasan dari segala yang mengungkungnya. Siapa yang dapat bertahan sampai pembebasan itu datang? Siapa yang sanggup menunggu sampai penghiburan itu tiba?
Belum lama ini, kisah Simeon menggugah hati saya. Kisah ini saya baca dari Lukas 2. Dia seorang yang saleh dan benar, dan dari beberapa referensi yang saya baca, dia termasuk golongan minoritas dari orang-orang yang memiliki sudut pandang yang berbeda tentang Mesias. Sudut pandang ini bisa dikatakan bertolak belakang dari pemikiran pada umumnya.
Tentang Simeon dalam Lukas 2, dikatakan bahwa dia menantikan penghiburan bagi Israel. Ini bukanlah suatu aktivitas yang menyenangkan, seperti menantikan sesuatu yang tampak mustahil. Mengapa? Karena bisa dikatakan masa itu adalah masa kegelapan. Gelap karena sepertinya tidak ada tanda-tanda, tidak ada nubuat pada masa itu (zaman Maleakhi sampai Yohanes Pembaptis). Namun, menariknya, Simeon tetap menantikan penghiburan bagi Israel.
Apa yang membuat kita tetap setia menantikan seseorang, bahkan ketika sepertinya keadaan terlihat mustahil? Karena cinta? Pengharapan? Keyakinan? Simeon tetap setia menantikan penghiburan bagi Israel karena Roh Kudus ada dalam dirinya. Roh Kudus menyatakan kepadanya bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Wah, ini menjadi salah satu bukti yang bisa saya lihat bahwa Simeon memang benar orang saleh. Hidupnya dipimpin oleh Roh, hingga akhirnya dia berjumpa dengan Yesus, Anak itu, ketika dibawa oleh orang tuanya ke Bait Allah.
Pujian Simeon meluap tak terkira sembari dia menggendong bayi Yesus. Simeon memuji Allah dengan berkata, "Tuhan, biarkan hamba-Mu ini pergi sekarang dalam damai sejahtera. Mataku telah melihat keselamatan dari-Mu dan yang juga Engkau sediakan bagi segala bangsa. Semua seperti yang Engkau firmankan."Bisa kita bayangkan betapa bahagianya Simeon. Bahagianya itu tidak hanya karena Allah menepati janji-Nya, tetapi lebih dari itu. Yesus, yang adalah Mesias, datang tidak hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk segala bangsa.
Apa yang selama ini dipikirkan oleh Simeon tentang Mesias, yang berbeda sudut pandang dari golongan mayoritas, terjawab sudah! Pada masa itu, banyak yang berpikir bahwa Mesias akan datang dan melepaskan mereka dari penjajahan secara fisik, memberikan kebebasan hidup yang dinanti-nantikan banyak orang. Namun, bagi Simeon, Mesias datang bukan hanya untuk itu. Mesias justru melepaskan kita dari belenggu dosa, membebaskan rohani kita untuk bisa menyembah Allah dengan leluasa, memberi kemerdekaan bagi setiap orang untuk mengenal kebenaran.
Yesus lahir, selalu menjadi momen indah bagi hidup orang percaya. Natal yang setiap tahun dirayakan oleh orang-orang percaya tidaklah seharusnya menjadi Natal yang sekadar perayaan. Jika dahulu Mesias masih sebagai pengharapan, kini Mesias sudah menjadi kenyataan. Jika dahulu Mesias dinanti-nantikan dan seolah-olah masih terbentang jauh sekali di depan, kini Ia sudah tinggal dalam hidup kita.
Bayangkanlah, Simeon waktu itu menanti penghiburan bagi Israel dengan setia, dan itu membuatnya terus bersukacita dalam Allah. Apalagi kita sekarang yang sudah melihat penggenapan dari pengharapan tersebut dan mengalaminya dalam hidup kita masing-masing. Masihkah kita tidak bersukacita? Tidak! Kita sangat bersukacita ..
Simeon melihat Yesus sebagai Mesias, penghiburan bagi Israel, Penyelamat bagi Israel dan segala bangsa, dan Mesias yang membebaskan belenggu dosa dan membuat hidup kita bisa leluasa untuk mengenal kebenaran-Nya. Itulah Natalnya Simeon. Bagaimana dengan Natal kita? Dari sisi mana kita akan melihat Yesus?
Semoga Natal tahun ini membuat kita terus ingat untuk bersukacita, setia, dan semangat dalam menyaksikan Yesus, Sang Juru Selamat. Imanuel!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H