Lihat ke Halaman Asli

Halo Seoul

Diperbarui: 4 Desember 2024   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sedikit catatan perjalanan ke Kota Seoul, Korea Selatan, dari tanggal 23 November 2024 sampai dengan tanggal 28 November 2024. Merupakan suatu perjalanan yang cukup menyenangkan, bisa berkunjung ke sebuah kota yang, untuk ukuran kota di Indonesia, merupakan kota yang sangat maju. Catatan ini semoga bisa menjadi referensi bagi kawan-kawan menjelang saat libur akhir tahun yang tentu akan banyak warga Indonesia yang akan berlibur, khususnya di luar negeri.

Khusus mengenai kota Seoul, meskipun di hampir seluruh bagian kota didukung sarana IT, akan tetapi banyak catatan yang bisa saya buat yang semoga bisa berguna bagi kawan-kawan yang akan bepergian ke Korea Selatan, khususnya di kota Seoul. Beberapa catatan tersebut diantaranya adalah :

  • Penunjuk Jalan Menggunakan Bahasa Korea

Sebagaimana kota-kota di Jepang, yang memakai huruf Kanji (huruf Jepang) sebagai petunjuk arah, demikian juga di Korea Selatan, khususnya di kota Seoul. Hampir seluruh petunjuk arah menggunakan huruf Korea dan hampir tidak ada yang dilengkapi dengan bahasa Inggris, yang dapat dimengerti oleh orang asing yang tidak memahami bahasa dan huruf Korea. Jadi, kalau boleh menyarankan, sebelum sampai di Korea, kita siapkan kamus digital di perangkat gawai / HP kita, lebih baik lagi kamus digital yang dilengkapi perangkat pindai (scanner) untuk mempermudah saat kita keliling kota-kota di Korea Selatan.

  • Sampah Yang Menumpuk

Kebetulan, saat saya berkunjung ke Seoul tersebut, saya menggunakan fasilitas Air B&B atau menggunakan fasilitas menyewa apartemen warga, maka kami sekeluarga bisa dengan bebas menggunakan fasilitas apartemen tersebut, termasuk fasilitas untuk memasak, karena karena apartemen tersebut juga dilengkapi alat masak. Sebenarnya, tanpa memasakpun, kita bisa menghasilkan sampah rumah tangga, baik yang berasal dari bungkus makanan/minuman yang kita beli maupun dari bungkus-bungkus keperluan kita lainnya.

Sudah pasti saat sampah di tempat sampah yang ada di dalam rumah sudah penuh, tentu harus kita letakkan di luar rumah, di tempat yang sudah ditentukan, untuk diangkut oleh petugas kebersihan kota. Namun yang cukup mengejutkan, bahwa di kota Seoul , kita dapat menemukan tumpukan sampah rumah tangga yang diletakkan di pinggir jalan dan belum sempat diangkut oleh petugas kebersihan kota. Cukup mengherankan bahwa hampir di setiap sudut kota, kita dengan mudah menemukan tumpukan sampah, khususnya sampah rumah tangga, yang sedikit banyak mengganggu kenyamanan saat kita pergi berkeliling kota.

  • Tunawisma

Jika di Jakarta, kita bisa menemukan tunawisma yang bertempat tinggal di bawah kolong jembatan, namun berbeda di kota Seoul, saya cukup kaget saat menemukan sekelompok tunawisma yang bertempat tinggal di salah satu sudut Stasiun Seoul, cuma di bagian mana, saya tidak bisa mengingatnya, kalau tidak salah di salah satu arah pintu keluar ke arah Myeongdong, tolong koreksi bila saya salah. Dari fakta banyaknya tunawisma yang bertempat tinggal di dalam Stasiun Seoul, cukup membuat kita merenung, apakah demikian berat tingkat kehidupan di kota Seoul sehingga bisa menyebabkan bermunculannya tunawisma di kota tersebut. Jika benar, maka sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang normal yang biasa terjadi di setiap kota besar di dunia.

  • Harga Barang Yang Mahal

Sudah menjadi hal yang wajar, apabila kita akan berkunjung ke sebuah kota di luar negeri, kita pasti akan mencari tahu nilai mata uang (kurs) dari mata uang negara yang akan kita tuju yang akan kita bandingkan dengan mata uang kita, rupiah.

Khusus untuk mata uang Korea atau disebut WON, mempunyai kurs senilai 1 Won senilai Rp 12,00 (dua belas rupiah). Memang murah, akan tetap jangan salah sangka dulu, sebab, barang di Korea diberi harga dengan ribuan, atau gampangnya, rata-rata harga termurah barang di Seoul adalah sekitar 5.000 Won yang jika dikalikan dengan rupiah, maka harga satu barang minimal senilai Rp 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah), itu baru barang berupa suvenir kecil, seperti gantungan kunci. Untuk barang lainnya, seperti pakaian? Jelas jauh lebih mahal, sebagai gambaran, sehelai kaos T-Shirt berkerah di toko, setidaknya seharga 50.000 Won, jadi, tinggal dihitung saja jika dirupiahkan.

Dari gambaran tersebut, maka siap-saja saja membawa uang rupiah yang cukup banyak jika ingin belanja di Korea. Apabila ingin aman, gunakan HP pintar kita yang mempunyai fungsi kalkulator untuk menghitung harga sebelum kita membeli barang, mengingat bahwa orang Indonesia seringkali "kalap" saat berbelanja di luar negeri.

            Jadi, sebagai penutup, kiranya kita bisa mempelajari dahulu keadaan suatu negara yang akan kita kunjungi, sebab bagaimanapun, suatu negara terkenal akan hal-hal yang positif akan tetapi juga terdapat hal-hal negatif, namun yang terpenting nikmati saja jalan-jalan kita tanpa memberikan penilaian yang sifatnya menghujat atas daerah yang kita kunjungi. SELAMAT BERLIBUR.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline