Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Apakah Nasib Taiwan Akan Seperti Ukraina?

Diperbarui: 4 Agustus 2022   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Perang Rusia-Ukraina (CNBC Indonesia)

Sebagaimana informasi beredar, kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan membuat murka pemerintah China. Buntut dari kunjungan itu, China menegur Duta Besar Amerika Serikat di Beijing, Nicholas Burns.

Di lain tempat, Wakil Menteri Luar Negeri Xie Feng menyatakan protes keras atas kunjungan Pelosi ke pulau berpenduduk 23,5 juta itu dimana China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Menanggapi aksi provokasi pihak Amerika, militer China mengatakan dalam status siaga tinggi dan akan meluncurkan serangkaian aksi militer sebagai respon dari kunjungan tersebut.

Ketegangan yang terjadi pasca kunjungan Ketua DPR Amerika ke Taiwan itu membuat publik dunia khawatir bahwa akan semakin mempercepat upaya China untuk menginvasi Taiwan dan menguasainya.

Hal itu merujuk kepada pernyataan Dubes China untuk Perancis beberapa waktu lalu, Lu Shaye yang mengatakan Beijing akan menggunakan semua cara yang mungkin untuk mendapatkan kembali kendali atas Taiwan, termasuk cara militer.

Mungkin gambaran yang lebih mencekam dirasakan oleh penduduk Taiwan disana. Dukungan langsung Amerika terhadap upaya Taiwan untuk memerdekakan diri justru seolah menimbun bara api Negeri Tirai Bambu yang dapat sewaktu-waktu menyerang mereka.

Lantas dilandasi oleh sikap Amerika yang kerap ikut campur dalam kekisruhan politik dunia, apakah Taiwan akan bernasib sama dengan Ukraina?

Sebagai informasi bahwa pada tanggal 2 Agustus 2022 kemarin genap 160 hari invasi Rusia ke wilayah Ukraina. Kiranya sudah tak terhitung kerugian materil dan non materil yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut. Imbasnya pun dirasakan secara luas dimana konflik Rusia - Ukraina menyebabkan tekanan hebat pada ekonomi global, tak terkecuali Indonesia.

Alih-alih yang menyebabkan konflik Rusia dan Ukraina terjadi ialah dimana keinginan Ukraina yang ingin bergabung dengan aliansi NATO. Hal itu menyebabkan Rusia geram dilandasi kekhawatiran jika Ukraina bergabung dengan NATO maka wilayah Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia akan dipersenjatai dan memungkinkan Barat berniat untuk menyerang Rusia.

Tak pelak Rusia pun mengambil tindakan tegas dengan menyerbu wilayah Ukraina lebih dahulu. Sebagai bentuk perlawanan, Ukraina bak bidak catur dibantu oleh Amerika, Uni Eropa, Inggris, dan negara lain melalui persenjataan untuk mempertahankan dirinya. Langkah dukungan tersebut dianggap sebagai upaya mencegah konfrontasi langsung agar tidak terjadi Perang Dunia ke-3.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline