Sebagaimana dikabarkan dua perusahaan anak bangsa berstatus decacorn dan unicorn yaitu Gojek dan Tokopedia belum lama ini mengumumkan bahwa mereka telah melakukan merger menjadi GoTo.
Merger kedua bisnis e-commerce dan ride hailing tidak hanya menarik perhatian media lokal, melainkan pula media internasional karena digadang-gadang merupakan yang terbesar bagi perusahaan teknologi Indonesia maupun di kawasan Asia Tenggara.
Melalui merger ini, grup GoTo memiliki total Gross Transaction Value (GTV) gabungan lebih dari 22 miliar dollar AS, atau Rp 310,2 triliun (kurs Rp 14.100 per dollar AS). Selain itu, merger juga menggabungkan transaksi menjadi sebesar 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020.
Merger juga meningkatkan jumlah mitra usaha mencapai lebih dari 11 juta mitra usaha (merchant) per Desember 2020, lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Active User/MAU), dan berkontribusi sebesar 2 persen terhadap PDB Indonesia. - Kompas.com
Sebagai orang awam, Penulis melihat motivasi utama dari merger GoTo lebih menyangkut bisnis. Penggabungan GoTo otomatis akan semakin menguatkan pondasi finansial perusahaan maupun memungkinkan ekspansi layanan e-commerce mereka sebagaimana telah lebih dahulu GoJek kembangkan di Thailand maupun Vietnam.
Dengan kata lain, potensi jumlah mitra usaha berikut pengguna berangsur-angsur bertambah banyak dan semakin besar. Bukan tidak mungkin GoTo kelak nanti diibaratkan Amazon-nya Asia Tenggara.
Dibalik hingar bingar mergernya GoJek dan Tokopedia, satu pertanyaan muncul yaitu bagaimana nasib para mitra ojek online dan konsumennya di tanah air?
Memiliki basis bisnis yang berbeda, satu poin yang menurut Penulis menghubungkan antara GoJek dan Tokopedia ialah layanan kirim barang secara instant/same day menggunakan ojek online sebagai kurir.
Dengan merger GoTo maka memungkinkan akses mitra yang dinaungi mereka semakin luas, dengan begitu diharapkan dapat mendorong nilai transaksi maupun semakin tingginya demand terhadap layanan kurir ojek online.
Penulis melihat Gojek sebenarnya memiliki pekerjaan rumah yang tidak mudah dimana armada atau mitra ojek online mereka terbilang sangatlah besar.
Beberapa rekan Penulis yang berprofesi sebagai ojek online kerap mengeluhkan sedikitnya achievement mereka perharinya, lebih-lebih di situasi pandemi Covid-19 sekarang ini.