Sebagaimana dikabarkan bahwasanya jalur sepeda permanen di Jalan Sudirman-Thamrin mulai diuji coba pada hari Jumat (26/2/2021).
Menurut Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Rudy Saptari, uji coba akan berlangsung selama tahap penyempurnaan jalur sepeda permanen yang ditargetkan rampung akhir Maret 2021.
Jalur sepeda permanen yang direalisasikan di Jalan Sudirman-Thamrin disebut mengacu pada Pasal 26 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, di mana pemerintah harus memberikan kemudahan berlalu lintas bagi pesepeda dan pesepeda berhak atas fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas.
Jalur sepeda permanen yang membentang sepanjang 11,2 kilometer dari Bundaran HI sampai dengan Bundaran Senayan tersebut mulai dipasangi pembatas beton berjenis pot bunga atau planter box yang menyambung satu sama lain seperti rantai. Selain memulai uji coba, Dishub DKI Jakarta juga mulai mengedukasi pengendara lain agar tidak menyerobot jalur sepeda.
Sebelum membahas mengenai lajur khusus bagi sepeda ini pertama-tama penulis sebagai warga mengapresiasi langkah Pemprov DKI Jakarta dalam upayanya membangun lajur sepeda di ibu kota.
Namun mengapresiasi langkah Pemprov DKI bukan berarti bahwa lajur sepeda seluruhnya baik, masih nampak kekurangan di sana-sini.
Merujuk pada lajur sepeda ada pertanyaan besar di balik tujuan mulianya dalam upaya mengedukasi masyarakat agar menggunakan sepeda sebagai pilihan moda transportasi dan sepeda sebagai alternatif dalam perjalanan first mile and last mile untuk menunjang kebijakan transportasi yang berorientasi transit yaitu apakah dilandasi data maupun fakta di lapangan?
Karena bilamana sekilas dilihat walau perencanaannya nampak matang tetapi seperti dipaksakan terealisasi. Sebagaimana pernah penulis ulas beberapa wilayah yang dilewati lajur sepeda seperti asal-asalan dibuat.
Sebagai contoh lajur sepeda di kawasan Fatmawati, Jl. Pintu 1 Senayan, Jl. Jenderal Ahmad Yani, di mana sebagian lajur sepedanya menyatu dengan trotoar.
Jangan tanyakan soal kenyamanan bersepeda karena jelas tidak nyaman dan dapat bisa mengakibatkan cedera bagi pesepeda karena kontur trotoar yang tidak beraturan.
Kemudian jika Pemprov DKI Jakarta ditanya berapa banyak sih jumlah pesepeda di ibu kota? Mungkin mereka akan menjawab, banyak.