Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengusulkan agar dibukanya satu ruas jalan tol Lingkar Dalam Jakarta (Cawang-Tanjung Priok) diperuntukkan bagi pesepeda. Usulan itu dengan ia kirim dalam sepucuk surat kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Adanya peningkatan volume pesepeda tiap minggunya di lajur sepeda sementara (pop-up bike lane) di sepanjang ruas jalan MH Thamrin sampai dengan jalan Jenderal Sudirman melatarbelakangi permintaan Anies ini.
Sontak ide yang Anies kemukakan mengundang beragan reaksi publik. Tak sedikit yang menolak keras ide Anies tersebut dikarenakan selain membahayakan, secara peraturan jalan tol memang dikhususkan untuk kendaraan roda empat saja.
Bagi Penulis pribadi, ide yang Anies kemukakan adalah sebuah ide yang sangat konyol. Sebagai pesepeda walau terhitung masih baru sejak akhir 2019 lalu, Penulis paham betul bahwa yang dibutuhkan oleh para pesepeda saat ini bukanlah jalan tol melainkan environment penunjang yang baik untuk sepeda, salah satunya adalah kualitas jalan dan rambu-rambu bagi pesepeda.
Sepeda jenis Road Bike merupakan sepeda yang diperuntukkan untuk balap. Secara kontur, sepeda ini di design agar pesepeda dapat berakselerasi dengan cepat di medan jalan dengan tekstur halus layaknya di jalan tol.
Lantas pertanyaannya, bagaimana kualitas jalanan di Jakarta? Tak usah jauh-jauh, bilamana kita berbicara kualitas jalan MH Thamrin hingga Jenderal Sudirman bisa dikatakan kualitasnya sangat buruk. Sebagai jalan protokol di kawasan bisnis Jakarta, hampir disetiap bagian jalan ditemui bolongan, retakan, hingga tambalan disana sini.
Mengetahui hal diatas maka mengapa Pak Anies tidak berupaya memperbaikinya justru mengemukakan ide jenaka yang membuat orang geleng-geleng kepala?
Dalam sebuah artikel Penulis pun sempat mengungkapkan bahwasanya kota Jakarta memang tidak layak untuk kegiatan bersepeda. Faktornya minimnya segi keselamatan bagi para pesepeda, dari ruas jalan yang sesak dipenuhi kendaraan bermotor, jalan berlubang, hingga polusi udara bukan saja tidak baik untuk kegiatan bersepeda tetapi juga merugikan bagi kesehatan pesepeda.
Namun bagaimana lagi, animo masyarakat terhadap sepeda saat masa pandemi ini memang sedang tinggi-tingginya. Dipilihnya ruas jalan MH Thamrin - Jenderal Sudirman oleh baik masyarakat maupun para pesepeda bukan hanya dilandasi kawasan tersebut sebagai sentra bisnis tetapi juga salah satu kawasan "icon" bagi kota Jakarta.
Alhasil dikala hari libur tanggal merah maupun akhir pekan masyarakat tumpah ruah kesana sebagai tujuan destinasi berolahraga. Kondisi yang begitu ramai tak hanya membuat kegiatan para pesepeda Road Bike yang melintasi kawasan terganggu, melainkan semua pesepeda dikarenakan sisi jalan dipenuhi aktivitas warga berolahraga dan sisi lain jalan masih dipergunakan oleh kendaraan bermotor.
Solusi akhir ya bukan sepeda masuk jalan tol, tentu apabila memungkinkan kawasan MH Thamrin - Jenderal Sudirman dibebaskan sementara waktu dari kendaraan bermotor agar baik masyarakat maupun pesepeda dapat lebih leluasa menggunakan jalan, namun kegiatan tersebut harus tegas mengacu kepada protokol kesehatan saat pandemi. Selebihnya, perbaiki jalan di Jakarta dan buatlah ekosistem yang baik bagi para pesepeda agar kegiatan bersepeda dapat aman dan nyaman.