Dunia hiburan tanah air kembali tercoreng dengan tertangkapnya artis FTV dan selebgram berinisial HH atas kasus prostitusi online.
HH ditangkap oleh pihak kepolisian tepatnya pada hari Minggu malam (12/7/2020) di sebuah kamar hotel bintang lima di Medan. Dalam proses penggerebekan, HH kedapatan sedang bersama dengan seorang pria berinisial A, keduanya tak berbusana lengkap.
Saat digeledah, petugas mengamankan sejumlah barang bukti berupa satu kotak alat kontrasepsi, dua unit handphone, dan kartu ATM.
Melalui penelusuran, polisi menetapkan dua orang sebagai tersangka masing-masing berinisial R dan J. Status J saat ini ialah buron, ia berperan sebagai muncikari. Sedangkan R yang saat penggerebekan ikutserta ditangkap merupakan teman dari J yang berperan menjemput HH di bandara dan mengantar ke hotel untuk menemui A.
Lagi dan terulang kembali, sebagaimana kita ketahui kasus prostitusi yang melibatkan kalangan artis kiranya bukan sesuatu yang baru. Beberapa artis pernah tersandung kasus serupa karena menjajakan tubuh mereka kepada pria hidung belang.
Alasan sepinya job si artis cuma jadi excuse pembelaan diri semata karena motif ekonomi yaitu gaya hidup yang tinggi serta besarnya nominal uang yang didapatkan tak dinyana menjadi latar belakang mengapa para artis rela terjun ke bisnis haram ini.
Selain paras rupawan dan tubuh molek aduhai, dalam bisnis prostitusi ini popularitas yang kalangan artis dapatkan di layar kaya kerap kali dijadikan guna menambah nilai jual.
Pria-pria hidung belang pun sudi merogoh kocek dalam-dalam untuk mencicipinya. Bukan sekadar untuk melampiaskan nafsu birahi semata, melainkan pula merasakan sensasi seksual serta pencapaian yang ia bangga dan ceritakan kepada kalangan kerabatnya.
Kemudian dalam kasus prostitusi yang melibatkan kalangan artis sebelum-sebelumnya, acapkali posisi si artis yang tertangkap basah melakukan praktik prostitusi hanya ditetapkan sebagai saksi dan korban perdagangan manusia.
Lantas pertanyaannya sederhana buat apa ada penggerebekan dan buat apa dipublikasikan secara luas?
Berbicara prostitusi atau bisnis pelacuran bisa dikatakan penyakit masyarakat ini memang serba abu-abu. Bisnis prostitusi bertransformasi seiring zaman, layaknya seperti sekarang yang memanfaatkan teknologi untuk menjajakan diri maupun bertransaksi.