Epidemi Coronavirus di Indonesia dimana telah mencapai 6.575 kasus berikut 686 pasien dinyatakan sembuh dan menyebabkan 582 pasien meninggal menjadikan Indonesia sebagai negara ASEAN dengan jumlah kasus Coronavirus (sementara) nomor dua tertinggi setelah Singapura serta nomor dua belas di Asia. - Coronavirus Update 19/4/2020
Memang sejatinya epidemi Coronavirus tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan sudah menjadi pandemi global dimana terjadi pula di seluruh belahan dunia. Imbas dari Coronavirus tak terhitung nilai kerugiannya. Bumi layaknya sebuah planet mati tak seperti biasanya disesaki oleh aktivitas manusia.
Alhasil umat manusia kini menghadapi krisis terutama prihal keuangan karena lambat berputarnya roda perekonomian. Dampak dari Coronavirus pun seketika nampak terlihat seiring upaya pencegahan penyebaran wabah Coronavirus berlangsung, seperti perusahaan mem-PHK karyawannya untuk mengurangi biaya beban operasional, universitas dan sekolah diliburkan membuat order ojek online berkurang, kebijakan PSBB yang membuat para blogger sepi job, dan lain sebagainya.
Dikala pandemi global Coronavirus terus menunjukkan trend kenaikan jumlah kasus aktif maka tidak diketahui secara pasti kapan musibah ini akan segera berakhir.
Ketidakpastian situasi kondisi sekarang ini tentu bagi sebagian kalangan dapat menimbulkan kecemasan, terutama bagi mereka pekerja sektor informal dan telah berkeluarga.
Ya pandemi Coronavirus bisa berlangsung berkepanjangan, begitupun dengan biaya hidup dimana manusia berusaha terus-menerus untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dengan hampir tidak adanya pemasukan (income) untuk membuat urusan dapur mengepul maka epidemi Coronavirus dapat pula berimbas kepada para Suami yang terancam di-PHK oleh istri mereka dengan alasan tidak dapat memberi nafkah atau hidup yang layak bagi keluarganya.
Anak-anak yang tak berdosa mau tidak mau memposisikan diri mereka dalam konflik rumah tangga. Masa depan mereka terancam pula akan kehilangan sosok orang tua baik Ayah maupun Ibu.
Boleh jadi sebagai keluarga mereka mempunyai uang simpanan guna berjaga-jaga di situasi darurat seperti sekarang. Akan tetapi pertanyaannya, sampai berapa lama sih uang simpanan (tabungan) itu akan bertahan memenuhi kebutuhan hidup dan sebagainya?
Di masa-masa sulit seperti ini kiranya setiap manusia menghadapi kesulitan yang hampir serupa dimana sebagian kalangan terganggu bahkan sampai kehilangan sumber mata pencahariannya.
Tak mengherankan bilamana individu berupaya berhemat atau memprioritaskan uang mereka kepada kebutuhan pokok ketimbang kebutuhan sekunder maupun tersier yang lain.