Semenjak merebaknya informasi prihal Coronavirus yang terjadi di Indonesia, memang bisa dikatakan beberapa isu-isu hangat yang menghiasi media belakangan ini seolah hilang bak ditelan bumi. Semisal gaduh revitalisasi Taman Ismail Marzuki yang kini nampaknya menunjukkan situasi adem ayem.
Lantas mengapa Penulis membawa materi "basi" ini? Perlu diingat bahwa Penulis tidak mencari-cari kesalahan yang ditujukan kepada pihak tertentu, justru keinginan murni berawal dari rasa penasaran akan pertanyaan yang ditimbulkan oleh pemberitaan media.
Seperti apa yang Penulis kutip dari laman iNews.id berikut. Rapat Komisi X DPR dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Kamis (27/2/2020) membahas tentang revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat. Dalam penjelasannya, Anies mengatakan tidak ada rencana membangun hotel bintang 5 di kawasan TIM.
Dia menuturkan, bukan hotel bintang lima yang akan dibangun, tapi wisma untuk para seniman. Selain itu, akan ada ruang interaksi untuk para seniman.
"Apakah akan mahal? Tidak, justru dibangun fasilitas berskala internasional tapi harganya terjangkau," ujar Anies di ruang rapat Komisi X DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2020).
Dia menuturkan, tidak ada niat untuk mencari keuntungan dari revitalisasi kawasan TIM. Nilai asas manfaat dinilai lebih penting dari revitalisasi tersebut.
Jujur saja, setelah membaca berita itu Penulis berupaya menerka-nerka seperti apa nantinya wujud wisma yang diperuntukkan bagi para seniman.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wisma memiliki arti bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dan sebagainya; gerha; 2 kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman - (wisma) cinta alam yaitu bangunan yang diperuntukkan bagi pengunjung untuk dapat mengikuti kegiatan yang bersifat pendidikan konservasi - (wisma) tamu rumah (guest house) yaitu tempat khusus untuk tamu yang mungkin bermalam.
Menarik untuk disimak, seperti disampaikan oleh Gubernur Anies Baswedan bahwasanya wisma tersebut tidak akan mahal. Dalam benak Penulis pun bertanya-tanya bahwa apakah ada kemungkinan wisma tersebut disewakan? Dalam arti untuk dapat mencicipi segala fasilitas berskala internasional tersebut maka pengunjung atau katakanlah mereka para seniman wajib membayarnya bukan?
Hal ini justru Penulis nilai akan aneh jikalau kita hanya merujuk pernyataan bahwa tidak akan mahal berfokus kepada nilai proyek revitalisasi TIM yang memakan anggaran tidak bisa dipandang sedikit yaitu mencapai Rp 1.8 triliun.
Otak Penulis terus berusaha bekerja hingga sebuah pertanyaan muncul kembali, apa yang dimaksud fasilitas berskala internasional yang dimaksud oleh Anies?