Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Di Zaman Anies, Banjir Lebih Cepat Surut?

Diperbarui: 24 Februari 2020   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan (Kompas)


Jakarta untuk kesekian kalinya ditimpa musibah banjir. Intensitas tinggi hujan pada Minggu dini hari serta luapan sungai yang menyusuri Ibukota tak ayal membuat sebagian wilayah Jakarta terendam. Ketinggian air yang terus bertambah membuat warga siaga menyelamatkan harta benda mereka maupun mengungsi ke lokasi yang aman.

Kiranya telah tiga kali banjir besar menimpa Jakarta, yaitu tanggal 1 Januari 2020, jelang perayaan Imlek, dan tanggal 23 Februari 2020 kemarin. Musim hujan yang kemungkinan akan usai pada akhir bulan Maret depan, tentu kewaspadaan perlu ditingkatkan mengingat Jakarta yang kini seolah rentan sekali terhadap datangnya musibah banjir.

Ya berbicara banjir yang terjadi di Jakarta, suka tidak suka, mau tidak mau akan menyeret nama Gubernur Anies Baswedan. Sebagai Gubernur maka wajar bilamana sebagian warga Jakarta yang mengalami musibah bertanya-tanya langkah apa yang Anies lakukan selama ini guna mengantisipasi datangnya banjir.

Semua boleh beralasan bahwa banjir akibat ulah warga yang membuang sampah sembarangan ke kali, semua boleh beralasan intensitas hujan tinggi di Jakarta merangkap di hulu menjadi penyebabnya, semua boleh beralasan bahwa itu banjir kiriman disertai posisi air laut yang tinggi. Tetapi pada inti kesimpulannya dalam kurun waktu ia menjabat, Anies dapat dikatakan tidak optimal dalam upayanya meminimalisir musibah banjir.

Boleh saja Anda maupun Anies berkata, di zaman pemerintahan Saya, banjir cepat surut. Luar biasa, benarkah demikian? Pengakuan seperti itu menurut Penulis sah-sah saja dan boleh jadi benar walau dalam kurun waktu 2 bulan Jakarta jauh lebih sering terendam.

Akan tetapi pernahkah Anda memikirkan bagaimana penderitaan mereka yang tertimpa musibah banjir? 

Bagaimana repotnya warga yang tertimpa musibah harus mengevakuasi harta benda, tak kala seharusnya menjadi jam istirahat mereka. Bagaimana Anda tidak merasa kasihannya kepada kaum manula yang tempat tinggalnya terendam banjir. Serta kerugian-kerugian yang warga alami lainnya. Apakah Anda merasakannya? Apakah Anda akan menanggung semua kerugian itu?

Tidak ada manfaatnya memang mencari kesalahan orang atau mengkambing hitamkan orang lain atas terjadinya musibah. Memang tidak. Akan tetapi perlu kita ingat dan garis bawahi disini bahwasanya Anies adalah Gubernur yang memimpin Jakarta dimana ia punya tugas dan tanggungjawab terhadap warganya. Kalaupun Anies tidak optimal dalam meminimalisir dampak musibah banjir, ia tetap memiliki tanggungjawab moral akan bagaimana hasil kinerjanya. 

Pernahkah Anies berkata, mohon maaf kepada warga Jakarta atas musibah banjir yang terjadi, Saya berjanji akan bekerja lebih baik lagi. Penulis kira akan lebih baik ketimbang hanya menjual narasi serta lalu lalang tidak jelas pasca banjir.

Akan lebih baik Anies tidak menjual sekadar mimpi akan "wajah baru Jakarta". Baru dimananya Pak Anies? Semua yang dikatakan baru pada hasilnya akan percuma tatkala Jakarta otomatis lumpuh saat dilanda musibah banjir. 

Langit biru Jakarta yang dibangga-banggakan hanya sebuah metamorposa akan realita miris dibawahnya dimana ruas-ruas jalan dan perumahan terendam oleh banjir. Apa itu yang tim media Pak Anies foto dan gembar gemborkan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline