Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Fenomena Raja dan Ratu-ratuan, Bobroknya Mentalitas Individu

Diperbarui: 22 Januari 2020   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerajaan Agung Sejagat (kompas)

Belum lama ini publik dihebohkan oleh viralnya kemunculan individu-individu yang mengemukakan dirinya sebagai anggota kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti Kerajaan Agung Sejagat di Jawa Tengah, Kerajaan Jipang di Blora, dan Kerajaan Sunda Empire di Bandung.

Sontak hal tersebut membuat publik penasaran, siapakah dan mengapa mereka bisa memiliki banyak pengikut? 

Merujuk pada fenomena kemunculan individu-individu yang mengemukakan dan menginginkan dirinya sebagai anggota kerajaan ini tentu membuat publik bertanya-tanya akan bagaimana kondisi nalar dan kejiwaan kita kepada sesuatu yang tidak masuk di akal.

Wajar bilamana mayoritas publik pun terheran-heran dimana mereka tahu bahwa hanya ada beberapa sistem monarki yang eksis hingga kini dan diakui pemerintah sebagai pewaris cagar budaya yaitu Kesultanan Cirebon, Kesultanan Yogyakarta, Kesultanan Surakarta, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Kanoman.

Kehebohan akan munculnya individu-individu itu pun disertai kecemasan, apa maksud dari pengakuan sepihak dengan cara memobilisasi banyak orang didalamnya? 

Apakah hanya berlatarkan keusilan agar diakui eksistensinya (terkenal)? Apakah didasari motif kriminal dalam upaya mencari keuntungan dari para pengikutnya? Apakah ada rencana yang jauh lebih besar semisalkan berupaya melakukan tindakan makar? Ataukah mereka hanya segelintir pihak yang sebenarnya butuh pertolongan dan pengobatan? Kiranya pihak berwajib harus segera bertindak dan menyelidiki motif dari keberadaan mereka.

Dibalik fenomena Raja dan Ratu-ratuan ini, kita musti akui bahwa faktor yang membuat (fenomena Raja dan Ratu-ratuan) mengapa sampai heboh seperti sekarang ini tidak lepas dari betapa cepatnya alur informasi baik melalui media maupun publik. 

Sebagian besar publik ingin kepastian informasi dari otoritas tertinggi yaitu pihak berwenang maupun pemerintah dalam upaya mengetahui sesuatu hal yang tidak bisa dijangkaunya. 

Mobilisasi massa diinisiasi oleh individu yang mengakui dirinya Raja atau Ratu ini tidak mungkin diselesaikan dengan cara menghampiri orang perorang dimaksud agar kembali normal karena memungkinkan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi seperti ancaman, intimidasi, kekerasan, dan lain sebagainya.

Lantas pertanyaannya, mengapa khayalan akan Raja dan Ratu-ratuan ini sampai bisa mempengaruhi atau melibatkan banyak orang untuk mengikutinya?

Menurut Penulis ada beberapa faktor yang menjadikannya, antara lain :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline