Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Aroma Tidak Sedap dalam Skandal Garuda Indonesia

Diperbarui: 7 Desember 2019   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Skandal Garuda Indonesia (wartaekonomi.co.id)

Kasus skandal Garuda Indonesia prihal penyelundupan barang import ilegal masih hangat dibicarakan oleh publik. Kasus yang terbilang memalukan karena terjadi di sebuah Badan Usaha Milik Negara di bidang jasa penerbangan yang menjadi kebanggaan negeri ini.

Sejatinya di platform Kompasiana sebelumnya sudah begitu banyak artikel-artikel yang membahas kasus ini dari berbagai perspektif. Tak terkecuali Penulis yang sempat membahasnya dari sisi "mentalitas" illness Orang Kaya Baru yang memanfaatkan jabatannya.

Kali ini Penulis dalam artikel ini akan mengulas kasus tersebut dari perspektif yang lain. Bermula dari obrolan antar kerabat, kami seperti mencium ada aroma tidak sedap dalam skandal Garuda Indonesia. Bukan bermaksud tidak mengapresiasi terbongkarnya skandal ini, kecurigaan kami lebih kepada alur skema atau "scheme" yang begitu cepat seolah-olah terencana didalamnya. Hal itu bukan didasari informasi-informasi yang tidak jelas.

Pertama. Seperti halnya mengenai penyelundupan barang import ilegal. Sebagaimana Penulis jabarkan dalam artikel dengan judul "Ironi OKB dalam Skandal Garuda Indonesia" bahwasanya kasus-kasus penyelundupan barang import ilegal bukanlah hal baru. Kasus-kasus ini terjadi umum ditenggarai kepada oknum yang mencari untung besar sebagai upaya menghindari pihak otoritas dan pajak.

Silahkan Anda-anda telusuri sendiri dan bandingkan, berapa banyak kasus penyelundupan barang import ilegal yang terungkap ke publik dan fakta berapa banyak barang import ilegal yang ada di pasaran? 

Boleh jadi skandal yang terjadi di Garuda Indonesia hanya satu dari sekian modus kasus-kasus penyelundupan barang import ilegal yang terbongkar atau memang ada unsur "sengaja" untuk dibongkar. Eit Penulis peringatkan kita semua jangan suudzon terlebih dahulu. Kalau itu memang niat baik, mari kita publik bersama-sama tunggu terbongkarnya kasus-kasus penyelundupan barang import ilegal yang lain. Semoga.

Kedua. Mohon maaf seribu-seribu maaf, menurut Penulis skandal di Garuda Indonesia ini merupakan kasus "receh". Mungkin ada sebagian pihak yang mengatakan, itu Harley Davidson seri vintage (tahun 1970) dan sepeda lipat Brompton loh, itu harganya puluhan juta hingga ratusan juta loh, atau pernyataan lain yang Penulis tidak mau ambil pusing. Penulis cukup melontarkan, "apa gaji seorang Direktur Utama kurang"? 

Penulis mengajak mari kita telaah satu persatu. Bagi pemain di bidang otomotif, motor HD tahun 1970 itu sebenarnya bukan barang yang istimewa (ada motor HD dengan seri lebih tua lagi, seperti 1940-an) karena diketahui di Indonesia sendiri banyak yang memilikinya. Bahkan jika Anda menelusuri di bursa jual beli otomotif, banyak pula yang menjualnya berikut surat. Bilamana Anda ragu, silahkan Anda tanyakan kepada mereka yang mengerti dunia otomotif.

Kemudian sepeda lipat merk Brompton. Penulis pun pengguna sepeda lipat, akan tetapi cukuplah yang murah-murah saja karena urusan sepeda bagi Penulis hanya urusan "dengkul" semata. Jika Anda masuk anggota komunitas sepeda maupun gemar bersepeda maka sepeda merk Brompton ini sudah cukup banyak orang yang menggunakannya. 

Di mana hal ini berarti ada pihak yang menjualnya bukan? Untuk kategori sepeda lipat, Brompton merupakan salah satu sepeda prestige. Namun jika dibandingkan dengan sepeda jenis lain yang lebih prestige seperti sepeda balap, Road Bike, dan sebagainya dimana harganya satu unitnya bisa membuat Anda membeli satu buah City Car maka merk Brompton belum ada apa-apanya.

Maka pertanyaan terbesarnya adalah "untuk cape-cape nyelundupin segala"? Toh kalau uang banyak tinggal beli saja. Untuk apa mempertaruhkan jabatan dan martabat pribadi demi sesuatu yang receh dan demi gengsi seperti itu? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline