Atmosfer perpolitikan Indonesia dalam sepekan ini terbilang unik. Diantara pemberitaan yang beredar soal safari politik Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bertemu Ketua Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman yang menghebohkan. Pemberitaan yang menarik lainnya menurut Penulis adalah bumbu-bumbu prihal kedekatan Anies Baswedan dengan Partai Nasdem.
Sebagaimana diketahui disela-sela kesibukannya Surya Paloh kala itu menghampiri Anies Baswedan jelang HUT ke-8 Partai Nasdem menyita perhatian publik. Pertemuan singkat tersebut disebut-sebut oleh segelintir pihak sebagai sinyal kuat Partai Nasdem akan mendukung Anies Baswedan untuk Pilpres 2024. Partai Nasdem pun digadang-gadang memberi panggung kepada Anies Baswedan dimana ia diberikan pula kesempatan menyampaikan pidatonya pada pembukaan Kongres II Nasdem.
Siapapun bebas berpendapat, siapapun boleh menerka-nerka, akan tetapi menurut pandangan Penulis tahun 2024 yang masih beberapa tahun ke depan lagi rasa-rasanya sulit untuk menjadikan acuan dasar bahwa apa yang diterawang akan benar adanya (semu).
Penulis kira pertemuan antara sosok-sosok di Partai Nasdem dan Anies Baswedan maupun sebaliknya tak hanya sekali dua kali berlangsung. Dalam pengertian hubungan atau komunikasi diantara keduanya memang berlangsung baik-baik saja.
Lebih-lebih lagi posisi Anies Baswedan yang menjabat Gubernur DKI Jakarta maka tak mengherankan bilamana ada partai-partai politik yang memiliki motif kepentingan kepadanya. Selaku Gubernur pemangku kepentingan di DKI Jakarta dan tuan rumah, menurut pandangan Penulis sesuatu yang wajar bilamana Partai Nasdem mengundangnya. Anies berkesempatan berpidato pun lebih kepada bentuk penghormatan dan gambaran dari hubungan yang terjalin diantara keduanya.
Kenapa Penulis bisa nilai bahwa kesemuanya sesuatu yang wajar? Mudahnya dalam perhelatan Kongres Partai Nasdem tersebut tidak hanya sosok Anies Baswedan yang diberi kesempatan untuk berpidato.
Kang Emil atau Ridwan Kamil pun juga berkesempatan hadir di depan panggung untuk memberikan materi inovasi pemerintahan daerah. Sesuatu yang jauh lebih berbobot ketimbang Anies yang sekadar hadir memberikan sambutan, bahkan Ridwan Kamil merupakan kampiun yang jelas-jelas didukung oleh Partai Nasdem pada perhelatan Pilgub Jabar 2018 lalu.
Berbicara soal kandidat, tak hanya Anies Baswedan yang punya Jakarta seorang. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa adalah nama-nama yang kiranya berpotensi besar dilirik oleh partai untuk maju sebagai kandidat calon pada Pilpres 2024 mendatang. Tentu kandidat-kandidat ini tidak didasari hanya karena pamor mereka dan Pulau Jawa merupakan lumbung suara yang sangat besar, akan tetapi dilihat pula dari bagaimana kinerja serta keberhasilan dalam memajukan daerah yang dipimpinnya.
Lantas bagaimana dengan Anies Baswedan, apakah seorang Gubernur DKI Jakarta yang diberi nilai (sementara) 5 dari 10 oleh Surya Paloh layak didukung untuk Pilpres 2024?
Penulis menanggapi nilai 5 ini tentu sebuah nilai yang buruk bagi seorang Gubernur, nilai yang bisa pula dimaknai bahwa Nasdem masih ragu terhadap kapabilitas sosok Anies.
"Jadi kalau skornya 10, Anies keluarkan baru lima. Ini dalam perspektif yang saya pahami, amat dibutuhkan oleh kita, dibutuhkan oleh warga Jakarta, dibutuhkan oleh bangsa," kata Surya Paloh. - Wartakota