Rencana KPI untuk turut serta mengawasi konten digital pada media baru seperti Netflix, Youtube, Facebook, dan sebagainya hingga kini masih menuai polemik.
Umumnya rencana KPI ditanggapi oleh penolakan publik yang mana merasa KPI masih memiliki pekerjaan rumah yaitu mengawasi media konvensional (televisi dan radio), memperbaiki bobroknya kualitas pertelevisian nasional, dan tak memiliki wewenang baik dasar hukum maupun regulasi dalam mengawasi konten digital media baru.
Acapkali penulis merasa prihatin terhadap kualitas pertelevisian nasional dan kerap mengangkat materi ini sebagai bahan tulisan di Kompasiana. Merujuk pada alasan-alasan ketidakcakapan KPI untuk turut serta mengawasi konten digital.
Salah satu penyebab buruknya kinerja KPI yaitu kurang pekanya mereka atau adanya pembiaran terhadap tayangan-tayangan infotainment yang gemar mengumbar aib, di mana sasarannya tak lain dan tak bukan kalangan selebritis tanah air.
Sebelum kita masuk kepada pembahasan materi utama, maka kita lebih dulu cari tahu apa yang dimaksud dengan aib?
Mengutip dari laman KBBI, aib berarti malu, cela, noda, salah, dan keliru. Secara penjabaran aib ialah suatu tindakan yang tidak baik dilakukan oleh individu dimana hal tersebut dapat menimbulkan efek psikologis negatif bagi pribadi maupun orang lain (individu yang memiliki relasi dengan pelaku) apabila tersebar secara luas.
Aib itu diibaratkan sebagai bangkai, di mana harus dikubur dalam-dalam agar tidak tercium orang, karena bila bangkai itu tercium maka orang lain pun akan membencinya.
Tentu yang menjadi pertanyaannya adalah tindakan yang tidak baik seperti apa yang dikategorikan sebagai aib? Dalam konteks sosial maka ada 4 hal terkait yaitu tindakan yang melanggar norma hukum, norma susila, norma kesopanan, dan norma agama.
Pada kenyataannya hal yang dijabarkan di atas sadar tidak sadar seringkali dipertontonkan oleh tayangan infotainment sebagai daya pikat publik ketimbang mengangkat sisi positif yang publik figur dapat contohkan kepada publik.
Sebagai contoh, dalam beberapa kesempatan di kala intensitas program infotainment seolah membanjiri kanal televisi dari pagi hingga sore hari, dari minggu ketemu minggu lagi, didapati konten-konten yang merujuk kepada aib individu seperti konflik dalam rumah tangga, hamil di luar nikah, kumpul kebo, dan lain sebagainya.