Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Seandainya Semua Manusia Kaya

Diperbarui: 17 Oktober 2018   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaya hati dengan saling peduli sesama (stac.edu)

Konstelasi politik jelang Pemilihan Presiden 2019 sedang berlangsung. Masing-masing kubu saling berlomba menarik simpati rakyat untuk menjadi pemenang, baik kubu pertahana yang menjabarkan keberhasilan selama periode memimpin dan kubu penantang yang mengumbar janji-janji manis bak bulu perindu.

Semua diatas sah-sah saja dilakukan terlepas tetap saja masing-masing kubu memiliki kekurangan yang menjadi biang kisruh (saling hujat dan bully) di ranah publik maupun jagad maya. Kubu pertahana dipandang masih ada yang belum ditepati janji-janji kampanyenya terdahulu dan kubu penantang hanya manis di bibir karena pada kenyataan (seandainya terpilih) toh masa depan tidak ada seorang pun yang tahu.

Dibalik kisruh yang terjadi, ada hal yang Penulis nilai menarik yaitu mengenai pengentasan kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu poin yang kerap jadi magnet karena kedua kubu selalu bertolak belakang dimana kubu pertahana menanggapi persentase kemiskinan berkurang, sedangkan kubu penantang memandang sebaliknya.

Kemiskinan hanya jadi sekadar komoditi politik layaknya bumbu penyedap yang ditaburi pada sajian utama. Saling adu argumen tercipta walau kalau dipikir secara matang tidak ada manfaatnya, debat berjalan tetapi mereka yang nyatanya hidup susah tetap tidak berubah. Seperti melihat bocah berdebat dimana tidak sama sekali ada solusi, hanya jadi ajang gelut sampai ada yang kalah.

Kenapa Penulis dapat katakan demikian? Pernahkah anda berpikiran seandainya orang miskin "tidak ada"? Tidak ada dalam pengertian semua manusia di dunia ini serba berkecukupan, berlimpahkan materi (aka. kaya raya) dan segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Rasa-rasanya enak bukan, kita bisa melihat semua hidup manusia dalam keadaan senang dan bahagia.

Hanya saja Penulis berpikiran kalau semua manusia berlimpah materi, lantas anda-anda mau beramal kemana? Karena kalau semua manusia serba berlimpahkan materi maka sepeser pun bantuan yang anda berikan akan ditolaknya disebabkan mereka tidak membutuhkannya. Logis kan?

Apa yang ingin Penulis tuju dari artikel ini prihal pengentasan kemiskinan ialah pada hakikatnya bukan hanya masalah siapa yang memimpin (pemerintah saja) tetapi kemiskinan merupakan masalah kita bersama, terutama bagi mereka yang mampu.

Konseptual pemerintah karena mereka punya "resources" berlimpah dimana jangkauannya lebih luas dan dampaknya lebih besar. Akan tetapi di kehidupan sosial bermasyarakat, kita pribadi pun punya tanggungjawab.

Jangan kita hanya bisa nyinyir terhadap kemiskinan, tetapi rasa kepedulian pribadi minim. Kita bisa teriak prihal orang susah, sedangkan hidup kita hedois. Kita asyik berdebat soal kaya dan miskin, justru sebenarnya ada masalah pada hati kita soal peduli kepada sesama.

Acapkali perdebatan mempesoalkan antara si kaya dan si miskin hanya berkecimpung pada persoalan apa dan tidak mereka miliki, tetapi pesan moralnya tidak disampaikan dimana si kaya punya kewajiban untuk menolong si miskin. Coba anda bayangkan betapa indahnya bukan hidup ini bilamana diisi oleh kebaikan dimana sesama manusia saling tolong menolong?

Atau anda-anda berpikiran sebaliknya, bagaimana apabila di dunia ini isinya semua miskin? Mohon maaf, tetapi Allah tidak menciptakan orang miskin. Allah memberikan kekayaan dan kecukupan, bukan kemiskinan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline