Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Beramai-ramai ke Istana

Diperbarui: 8 Maret 2018   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: nasional.kompas.com

Jauh-jauh hari sudah begitu banyak kalangan yang mengatakan bahwa tahun 2018 merupakan tahun politik dimana pada tahun tersebut akan berlangsung Pilkada serentak di beberapa wilayah Indonesia serta penetapan partisipasi partai untuk Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2019 mendatang.

Bersamaan dengan itu, pada pertengahan bulan Februari 2018 lalu Komisi Pemilihan Umum menetapkan 14 partai politik dan 4 partai lokal telah memenuhi persyaratan untuk menjadi peserta Pemilu 2019. Kemudian 1 partai politik menyusul yaitu PBB, setelah dikabulkannya gugatan di Bawaslu terhadap keputusan KPU. Hal ini tentu akan mengubah peta perpolitikan jelang Pemilu dan PilPres 2019, lobi-lobi politik antar partai mungkin akan secara berkesinambungan dilakukan seiring mempersiapkan strategi guna meraih kemenangan.

Namun ada hal yang menarik, tatkala genderang belum ditabuh nampak 2 partai politik yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dinilai telah lebih dahulu melakukan manuver dengan bertemu salah satu calon Presiden yang akan diusung di Istana Kepresidenan.

Reaksi mungkin saja bergulir, akan tetapi kedua partai punya maksud tujuan masing-masing dimana PSI bertemu Jokowi dalam rangka silaturahmi serta memberikan masukan terkait strategi pemenangan PilPres 2019. Sedangkan Perindo bermaksud memberikan undangan kepada Jokowi untuk menghadiri dan membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Perindo pada 21 Maret 2018 nanti.

Tak berselang lama, Agus Harimurti Yudhoyono atau akrab disingkat AHY turut datang secara personal ke Istana Kepresidenan untuk bertemu Jokowi. Agus yang merupakan putra sulung mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus kader dari Partai Demokrat bertemu Jokowi untuk menyampaikan undangan guna menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat tanggal 10 dan 11 Maret 2018.

Lambat namun pasti semua bisa membaca kearah mana tujuan pertemuan tersebut, tetapi hal itu merupakan sesuatu yang lumrah manakala secara pasti Jokowi sementara ini hanya satu-satunya calon Presiden yang ada dan posisinya sebagai kepala negara tentu mempunyai eksepsi nilai lebih bagi setiap insan guna menghadiri suatu seremoni. Namun demikian pesta demokrasi masih jauh bergulir, batas penetapan Capres dan Cawapres pun masih di bulan September 2018 yang membuat segala sesuatu mungkin saja dapat terjadi dan mengapa membuat tak elok mempeributkan apa yang telah berlangsung.

Di era kepemimpinan Jokowi bisa dikatakan Istana Kepresidenan menjadi tempat yang kian hangat dan terbuka, sebagian kalangan pernah datang kesana baik inisiasi berkunjung maupun atas undangan. Tak mustahil bilamana di lain waktu akan ada pihak yang datang ke Istana dengan kepentingan berbeda, kesemuanya dapat bermakna banyak arti akan tetapi disebabkan 2018 merupakan tahun politik maka kaitan yang lebih konkret adalah Pemilu dan PilPres 2019. Kalau pertanyannya seperti ini seandainya Kompasianer datang ke Istana, kira-kira apakah akan seheboh yang lalu-lalu? Hehehe. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline