Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Coco, Pesan Moral akan Realita Dibalik Kisahnya

Diperbarui: 7 Maret 2018   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.npr.org

Coco, film 3D animasi garapan Disney ini berhasil membawa pulang dua penghargaan bergengsi insan perfilman Hollywood "Oscar" untuk kategori Best Original Song "Remember Me" dan Best Animated  Feature Film pada perhelatan 90th Academy Awards yang berlangsung di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dengan demikian Coco meneruskan tradisi dimana untuk kesekian kalinya film 3D animasi garapan Disney bersama studio Pixar memenangi piala Oscar diantaranya Finding Nemo, Frozen, Zootopia, Inside Out, dan lain-lain sebagainya.

Kemenangan film animasi Coco sendiri sudah terendus lebih dahulu manakala film ini selain meraih prestasi di ajang penghargaan seperti Golden Globe dan BAFTA serta lainnya, Coco juga mendapatkan respon positif baik kritikus film maupun khalayak umum, berikut pendapatan yang sangat tinggi secara global sebesar 744,9 juta US Dollar. Storytelling yang sangat kuat pada film, kisah yang menarik dan menghibur, kualitas animasi yang sangat baik, karakter-karakter yang unik dan lucu (Coco membuat figur kerangka manusia tak lagi menakutkan) didalamnya, lagu yang bisa dinikmati, serta kutipan pesan moral didalamnya menjadikan Coco sebagai film animasi yang sangat direkomendasikan.

Mengulas kebelakang, Coco menceritakan kisah dari seorang anak berumur 12 tahun bernama Miguel Rivera yang memiliki talenta dan berkeinginan menjadi seorang musisi layaknya sosok dambaannya Ernesto de la Cruz. Namun Miguel mengalami kendala dimana atas dasar pengalaman pahit leluhur (Imelda Rivera, ibu dari buyutnya Miguel, Coco) yang lalu-lalu maka keluarga besar melarangnya dan menginginkan Miguel meneruskan usaha keluarga sebagai pembuat sepatu. 

Menerima kenyataan bahwa keinginan Miguel menjadi seorang musisi ditentang pihak keluarga, Miguel pun membangkang dan menghantarkan dirinya pada petualangan di dunia roh dimana diadaptasikan dari budaya Meksiko "Day of The Dead" atau Hari Peringatan Bagi yang Mati. Dalam petualangan tersebut Miguel selain dapat bertemu dengan para leluhurnya, ia juga mengungkap fakta dibalik kisah Hector Rivera (suami dari Imelda Rivera) yang merupakan seorang musisi, sosok yang mengalir dalam darah bakat Miguel dan figur ayah yang selalu dinantikan kehadirannya oleh buyut Coco.

Dapat dikatakan film ini memang menarik dan menghibur, akan tetapi juga mengharukan ketika ditonton. Beberapa cuplikan mengundang kesedihan diantaranya saat Hector Rivera menyanyikan lagu bagi kerabat yang telah dilupakan oleh keluarganya maupun ketika Miguel berupaya mengingatkan buyut Coco dengan lagu yang diciptakan oleh sang ayah, Hector Rivera. 

Namun demikian disinilah letak kekuatan dari film Coco, pesan moral dalam film ini tak terelakkan diantaranya agar seorang anak patuh dan berbakti kepada orangtuanya seperti Elena Rivera (neneknya Miguel), berusaha pantang menyerah meraih impian layaknya tokoh Miguel, dan selalu optimis dan bersemangat layaknya Hector Rivera.

Diantara banyak pesan moral dalam film Coco, film ini turut pula menyertakan realita betapa berharganya kenangan dalam sebuah foto cetak atau sesuatu yang mungkin telah dilupakan di era digital seperti sekarang ini dimana generasi-generasi "zaman now" lebih mengutamakan menyimpan kenangan mereka dalam media berbagi foto.

Pertanyaannya kenapa media seperti foto cetak perlu dipertahankan? Dikarenakan media foto cetak selain tahan lama juga sangat cocok untuk didokumentasikan. Beberapa momentum berharga dalam hidup pribadi sebelumnya bisa anda pilah-pilah terlebih dahulu untuk kemudian didokumentasikan. 

Lalu dari foto cetak tersebut, anda bisa tuliskan kisah dari momentum itu beserta mencantumkan siapa-siapa saja yang ada didalamnya. Dengan begitu kelak suatu saat foto-foto cetak yang telah didokumentasikan akan menjadi kisah dari pribadi anda dan mungkin menjadi cerita yang akan dikenang  oleh generasi-generasi selanjutnya. 

Hadirnya film Coco ke hadapan publik juga turut memberikan keberagaman bahwa budaya yang hidup di masyarakat dapat ditransformasikan ke dalam bentuk film-film animasi, sehingga dengan demikian nilai kekayaan budaya yang terkandung di kemudian hari bisa dipertahankan dan terjaga. Semoga hal ini dapat menginspirasi insan perfilman tanah air untuk terus meningkatkan sisi kreativitas dan semoga akan ada film animasi yang mampu memperkenalkan budaya Indonesia ke khalayak dunia.  Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline