Beberapa waktu lalu, ranah medsos sempat dihebohkan oleh terkuaknya realita dibalik layar promosi sebuah brand produk smartphone. Seorang publik figur yang dikenal masyarakat luas akan bakat kreativitasnya tertangkap tangan mempromosikan sebuah produk smartphone dengan cara memanipulasi.
Postingan yang diungkapkan ke medsos ternyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan, penuturannya menggunakan produk di sebuah medsos hanyalah sebuah cerita belaka dimana sebuah foto lain menunjukkan ia sedang tidak melakukan selfie menggunakan produk smartphone yang dimaksud.
Tetapi ia hanya memperagakan gaya berselfie tanpa smartphone, berikut seorang fotografer menangkap gambar dihadapannya saat ia sedang berselfie. Sontak postingan tersebut berbuah kehebohan dan menuai kecaman para netizen, si publik figur dan brand smartphone yang terkait dinilai telah membohongi publik. Dari penelusuran Penulis, foto yang diunggah tersebut tidak nampak lagi di medsos yang bersangkutan.
Penulis sebagai orang yang menggemari dunia gadget cukup menaruh perhatian akan kejadian ini, akan tetapi karena begitu banyak materi yang ingin dibahas sebelumnya maka tertundalah hadirnya artikel ini. Kembali artikel ini bukanlah bentuk keberpihakan, tetapi lebih kepada tujuan mengedukasi.
Masuk ke materi artikel. Dari peristiwa tersebut, menurut pandangan Penulis bahwa apa yang terungkap ke publik tidak terpampang dengan jelas asal usulnya. Hal yang pertama patut dipertanyakan adalah bagaimana foto lain atau foto dibalik layar pembuatan promosi yang menunjukkan fakta si publik figur hanya memperagakan layaknya seorang melakukan selfie tersebut mengapa bisa beredar luas dan siapa yang menyebarluaskannya serta motif apa dibelakangnya.
Produksi dibalik layar promosi memang seringkali ditunjukkan oleh produsen sebagai materi promosi tambahan untuk menarik atensi konsumen layaknya "behind the scene" pada produksi film, produksi klip lagu, produksi cover majalah, dan lain-lain sebagainya. Akan tetapi selayaknya materi tersebut juga penting, maka materi akan melalui proses penyaringan terlebih dahulu apa-apa saja muatan menarik yang akan ditampilkan. Tentu menampilkan fakta bahwa si publik figur ternyata sedang bersandiwara bukanlah hal yang etis atau pihak produsen inginkan karena hal tersebut dapat merusak citra brand maupun produk yang dipromosikan.
Hal yang kedua adalah begitu polosnya konsumen dalam menanggapi peristiwa tersebut. Jujur saja, apakah proses dibalik layar untuk tujuan promosi diketahui sepenuhnya oleh khalayak umum? Apakah iklan yang anda amati di layar kaca maupun terpampang di media lainnya benar-benar asli ataukah hanya sebuah rekayasa?
Sejatinya sebuah produk promosi merupakan hasil dari sekumpulan ide yang berbentuk kreativitas. Layaknya anda menonton iklan obat sakit kepala yang diperankan oleh seorang bintang iklan yang memperagakan ia sedang sakit kepala, lalu si bintang iklan meminum obat tersebut dan kemudian seketika ia sembuh. Apakah ini bisa dikategorikan sebagai penipuan ataukah hanya sebuah rekayasa ilustrasi semata sebagai bagian dari produksi promosi?
Sejatinya produksi promosi membutuhkan kreativitas karena promosi menuntut hal yang dapat menarik konsumen. Begitupun dengan merekayasa publik figur untuk bersandiwara sedang berselfie maupun menyertakan hasil gambar dari kamera profesional pun tidak menjadi masalah, asalkan dapat dipertanggungjawabkan. Mungkin yang tidak berkenan adalah hasil foto yang dimuat diduga bukanlah hasil foto dari produk smartphone yang dimaksudkan sehingga mengakibatkan publik merasa dibohongi. Lalu produsen mana kiranya yang tidak melakukan hal tersebut?
Hal yang ketiga tentu prihal salahkah si publik figur? Menurut Penulis tidak. Walau ia memposting sebuah hasil produk yang dibuat-buat selayaknya ia menggunakannya, si publik figur tetap tidak bersalah. Secara gamblang si publik figur hanya melaksanakan tugasnya. Kenapa bisa demikian?
Kita tidak bisa pungkiri bahwa ranah medsos saat ini merupakan lahan untuk menambah pundi-pundi keuangan dimana penggunanya sangat banyak dan jangkauannya sangat luas. Jika anda ditawari oleh sebuah produsen untuk mengendors produknya dengan iming-iming uang, apakah anda akan menolaknya walaupun anda tidak benar-benar menggunakan produk tersebut?