Tampaknya Metromini akhir-akhir ini sedang menjadi sorotan, di pekan sebelumnya transportasi publik favorit ini terlibat kecelakaan dengan commuter line setelah menerobos pintu perlintasan kereta di Muara Angke yang menewaskan belasan penumpangnya, lalu disusul kembali dengan aksi kebut-kebutan (rebutan penumpang) di Meruya Utara yang menyebabkan seorang bocah tewas berikut ibunya yang mengalami luka berat.
Tragedi nahas ini menambah catatan buruk salah satu sarana transportasi andalan publik dan mengundang rasa keprihatinan mendalam menyangkut permasalahan betapa buruknya kualitas transportasi publik yang ada. Metromini layaknya sebuah ironi kehidupan, sebuah fakta atau potret dari realita hidup sebagaimana seiring berkembangnya Ibukota akan tetapi transportasi publik yang satu ini sama sekali tidak mengalami perubahan.
Kondisi kendaraan yang seadanya dimana minimnya faktor keselamatan dan kenyamanan, ditambahlah lagi faktor pengemudi yang cenderung ugal-ugalan di jalan seperti sudah menjadi ciri khas yang lekat akan Metromini. Kiranya kritikan masyarakat yang menginginkan transportasi publik terus mengalir, namun apa daya perubahan yang dinantikan hingga kini belum terwujud dan masyarakat pun seolah tidak ada pilihan memilih moda transportasi ini guna menghemat pengeluaran walau harus bertaruh nyawa.
Wajar bilamana kecaman berdatangan menyusul kejadian-kejadian diatas, namun menurut Penulis tidaklah sepenuhnya kesalahan ditujukan ke pihak Metromini. Mengapa? Kecelakaan yang disebabkan oleh transportasi umum seperti sudah menjadi sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Bobroknya mutu kendaraan, buruknya pelayanan, minimnya faktor keselamatan, beragam pelanggaran peraturan, hingga kualitas pengemudi ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan merupakan pekerjaan rumah memang belum terselesaikan sampai sekarang. Penulis sebagai masyarakat yang hidup di Ibukota, tidak menyangkal bahwa untuk mendapatkan transportasi publik yang nyaman dan aman harus ditebus dengan harga mahal alhasil kendaraan pribadilah dipilih.
Penertiban yang dilakukan aparat dengan menggelandang angkutan Metromini Penulis nilai tidak sama sekali salah, akan tetapi dari pribadi Penulis menyayangkan bahwa segala sesuatunya mengapa layaknya baru dilakukan jikalau sorotan media maupun publik berdatangan. Tak mengherankan apabila dari penertiban tersebut membuahkan mogok massal yang Metromini lakukan pada hari ini, mungkin hal tersebut sebagai bentuk dampak jangka panjang terjadinya pembiaran dan kurangnya perhatian dari pemerintah kota.
Dari pandangan Penulis cobalah manfaatkan momentum ini untuk berbenah, mengapa momentum ini tidak dijadikan baik kedua belah pihak Metromini maupun Pemprov DKI untuk dapat duduk satu meja menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Alangkah baiknya hal tersebut dilakukan ketimbang saling bertikai merasa benar dan berhak sedangkan begitu banyak masyarakat yang dirugikan karena mereka masih membutuhkan moda transportasi tersebut walaupun didera oleh banyak kekurangan.
Tidak banyak sebenarnya yang masyarakat tuntut dari keadaan masih kurangnya mutu transportasi publik yang ada selain selamat sampai tujuan. Dibalik kekurangan yang ada kiranya dimohon kepada para pengemudi Metromini barengilah kesadaran bahwa banyak nyawa yang dipertaruhkan ketika berkendara. Seiring waktu berjalan semoga ada pembenahan dan perbaikan dilakukan sehingga moda transportasi andalan ini dapat mengubah image buruk yang telah terbentuk menjadi lebih baik kedepannya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H