Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Lubang Hitam Bertajuk "Prostitusi"

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prostitusi, membahas prostitusi tentu Penulis kira kita semua tahu seperti apa bisnis ini. Sudah sejak lama ada kok, ironi perjalanan maraknya bisnis prostitusi di Ibukota disebabkan oleh bentuk pembiaran dalam pengertian disini tidak adanya kontrol. Sebagai gambaran apakah tercantum siapa saja yang mensupport bisnis esek-esek ini, apakah tercantum siapa nama-nama yang memiliki bisnis esek-esek ini, dan terdata berapa jumlah berikut data diri siapa-siapa saja penjaja bisnis esek-esek khususnya di wilayah Ibukota Jakarta? Kembali namanya juga prostitusi terselubung dan ilegal, gambaran tersebut saja sudah menyimpulkan bisnis ini marak namun penuh misteri dibaliknya.

Maraknya bisnis prostitusi seringkali faktor ekonomi menjadi alasan klasik yang kita dengar, miris kalau bisa dikatakan seolah begitu banyaknya macam profesi tidak dapat menghindari seseorang untuk menekuni bidang lain ketimbang menjadi penjaja esek-esek ini. Tak sedikit pula mereka-mereka yang menggeluti bisnis ini dari apa yang banyak dibahas oleh media merupakan korban "human trafficking" atau perdagangan manusia dimana iming-iming sebuah pekerjaan yang layak justru dalam kenyataannya dijadikan penjaja seks komersial. Permasalahan tersebut yang kiranya terus berputar dan berputar tak ada henti-hentinya seolah tidak mengenal kata "solusi". Justru hal yang lucu terjadi, ketika prostitusi ini dikatakan terselubung dan ilegal namun jika kita bersama amati tak sedikit stasiun televisi yang mengekspos bisnis prostitusi ini dengan mendatangkan mucikari, PSK, dan peminatnya sebagai sumber informasi. Sungguh aneh bukan seolah kita ribut maraknya prostitusi sedangkan di layar televisi prostitusi seolah-olah sedang mendapatkan promosi secara eksklusif di hadapan publik umum.

Seperti judul Penulis diatas bahwa siapapun yang masuk ikut dalam bisnis prostitusi khususnya para penjaja esek-esek ibarat masuk ke dalam lubang hitam dimana tak mengenal ruang dan waktu terjerumus tak tahu hendak akan kemana seolah tanpa masa depan yang jelas, mengapa demikian?

1. Bagi penjaja esek-esek yang umum kita bersama ketahui bahwa mereka adalah para wanita atau gadis belia dimana paras cantik dan bentuk tubuh menawan menjadi daya tarik para penikmat bisnis esek-esek ini, namun pertanyaannya sampai kapan wujud bak idola tersebut bertahan? Jika Penulis tidak salah seorang milyader pernah berkata wanita bukanlah aset berharga dikarenakan seiring umur bertambah maka kualitasnya akan menurun, hal tersebut benar apa adanya dimana wujud manusia seiring bertambah umur akan bertambah tua dan fisik pun akan berubah. Wajah cantik perlahan dihiasi oleh kerutan, bentuk tubuh menarik yang lambat laun pudar, hingga popularitas pun tergantikan dengan para "pendatang baru".

2. Bisnis prostitusi sebagaimana ekonomi dijadikan alasan tidaklah selalu demikian, jika mengamati kenyataan yang ada beberapa kasus yang pernah terungkap oleh media tak sedikit kalangan yang terjerumus dalam bisnis haram ini melakukannya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Mereka kalangan yang berkecukupan namun dikarenakan tuntutan gaya hidup yang tinggi pada akhirnya tubuh pun siap digerayangi dijadikan santapan demi sejumlah uang. Pertanyaannya sampai kapan? Apakah akan seumur hidup menjadi penjaja esek-esek? Apakah dengan menjadi penjaja esek-esek menjamin tercukupinya kebutuhan hidup di masa yang akan datang?

3. Menjadi penjaja esek-esek tak dipungkiri mendekatkan diri dengan kata "celaka", budaya seks bebas cenderung menjadikan apa-apanya kebablasan hingga celaka pun menimpa pribadi. Praktek "aborsi" yang sempat dahulu menjadi headline utama ragam media walau kini seolah tidak terdengar namun kiranya Penulis prediksi masihlah eksis mengingat bisnis prostitusi memungkinkan para pelakunya ketiban pulung celaka akibat dari perbuatannya sendiri. Belum lagi resiko terjangkit HIV AIDS sangatlah besar walau dari kemungkinan para penjaja esek-esek ini rutin memeriksakan keadaannya namun mereka tentu tidak ketahui bagaimana kondisi para pelanggannya bukan?

4. Seperti apa yang kemukakan sebelumnya bahwa siapa yang menggeluti bisnis ini tidak memiliki masa depan, prostitusi bukanlah sebuah perusahaan dimana ada pesangon ketika masa bakti selesai, tidak ada transisi jabatan sebagaimana penjaja esek-esek hanya ibarat sapi perah para mucikari, mau menjadi apa mereka (para penjaja esek-esek) tersebut layaknya pepatah habis manis sepah dibuang dari penjaja esek-esek beralih menjadi simpanan yang kemungkinan besar didepak setelah empunya bosan.

Jadi bagi siapapun yang menggeluti bisnis haram ini sepatutnya segera merenungkan apa yang sedang mereka lalukan saat ini bahwasanya adalah suatu hal yang jelas-jelas salah, iming-iming pendapatan yang relatif besar dimana kiranya apa yang diinginkan tercapai tidak selamanya seperti apa yang diharapkan kedepannya. Dari gambaran yang ada akan jauh lebih besar penyesalan yang telah diperbuat ketimbang segala keinginan yang pernah tercapai dikarenakan masa tersebut sudahlah lewat. Segeralah bertobat selama masih diberikan kesempatan sebagaimana dikala ada masalah pasti ada solusi untuk ditemukan, jikalau belum mungkin dikarenakan pribadi yang tidak berusaha dengan sungguh-sungguh mencarinya. Maraknya bisnis prostitusi memang sangatlah memprihatinkan, terlebih bisnis prostitusi yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi mengancam generasi-generasi bangsa menjadi generasi tanpa masa depan. Pentingnya pemerintah untuk turut serta membenahi permasalahan ini dibarengi oleh kesadaran serta peran masyarakat. Mengingat bisnis prostitusi ini mulai mengincar para remaja maka para orangtua agar lebih memperhatikan lingkup kehidupan anak dengan seksama, memberikan kasih sayang dan juga membekalinya dengan ilmu agama. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline