Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Pentingnya "Kejujuran" Dari Tugas Seorang Sales

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14300364751035143826

[caption id="attachment_362817" align="aligncenter" width="399" caption="Sales (Teskwork llc)"][/caption]

Dua tahun sempat menjadi seorang sales bisa dikatakan waktu yang cukup lama mengingat porsi jam kerja dapat dibilang lain dari yang umum pekerja lakukan dimana 5 hari bekerja (senin s.d jumat) dan libur pada saat sabtu minggu serta hari raya atau tanggal merah. Jujur menjadi seorang sales cukup melelahkan, dari kapasitas jam kerja selain mengimplementasikan waktu kerja 7 hingga 12 jam dan shift-shiftan juga Penulis hanya dapat jatah 1 hari libur (diluar weekend). Tempat bekerja seolah menjadi rumah tercinta dan teman bekerja sudah selayaknya menjadi bagian keluarga, hal tersebut disebabkan rasa perhatian terhadap tempat kerja lebih tinggi ketimbang tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan, bukan saja kewajiban bagaimana merawat tempat kerja dan menjaga barang (produk yang dipajang maupun dijual) namun juga bagaimana membuat suasana tempat kerja nyaman seperti rumah pribadi.

Sebagai seorang sales pun tidak lepas dari tuntutan kiranya mampu mencapai target penjualan dikarenakan kualitas seorang sales bukan saja dilihat sisi pelayanannya akan tetapi daya jualnya pun dinilai oleh pihak manajemen. Bersyukur Penulis memiliki tim yang solid, kami dapat bekerjasama dan mengakomodir target masing-masing. Sekiranya seorang sales apabila tidak mencapai targetnya dalam pengertian ia mau bekerja namun sangat disayangkan kondisi penjualan yang sedang sepi maupun dihadapkan kepada konsumen yang tidak membeli produk maka sebagai tim kami saling bahu membahu mengikhlaskan penjualan yang pribadi capai untuk kiranya dibagi ke rekan setim. Inilah kunci dari sebuah tim yang solid, bekerjasama bukan hanya disebabkan faktor tugas atau tuntutan pekerjaan akan tetapi moral sebagai pribadi pun wajib berperan. Kiranya pasti dalam sebuah tim ada sosok yang mencolok sebagai seorang sales, namun dalam sebuah tim semua sales adalah sama yaitu "sama-sama sales", "sama-sama mencari nafkah", dan "sama-sama mau bekerja", jadi tidak ada istilah siapa yang dominan karena bukanlah kumpulan serigala dimana ada alfa, beta, dan gamma. Sebagai seorang sales selain wajib menjalankan tuntutan pekerjaan juga harus mampu menerima kritik dan saran baik rekan bekerja maupun konsumen untuk membangun karakter, memotivasi diri untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan.

Kembali ke pembahasan materi, lalu apa peran "kejujuran" dari tugas seorang sales? Kejujuran selain diadaptasikan dalam pekerjaan dalam pemahaman bukan saja seorang sales namun siapa pun yang menjadi pekerja wajib memiliki sifat tersebut dikarenakan dasar kejujuran membangun setiap bentuk usaha yang berlangsung. Bisa dibayangkan apabila sifat jujur tak dapat diakomodir oleh salah satu pihak saja bahkan seseorang yang punya peran penting dalam suatu bentuk usaha maka selain merugikan diri sendiri juga akan merugikan siapa yang ada disekitarnya dan berdampak kepada bentuk usaha itu sendiri. Sebagai gambaran, seorang sales bersikap "tidak jujur" dengan mencuri barang yang seharusnya untuk dijual, secara pribadi mungkin ia menganggap dia beruntung namun apapun alasannya jelas ia telah merugikan diri sendiri, merugikan rekan-rekannya, dan juga perusahaan. Apa yang dilakukannya dampaknya jauh lebih besar dari yang ia terima dimana ia kemungkinan besar akan dipecat bahkan dipenjara (mencuri masuk kategori pidana), rekan-rekannya harus ketiban pulung mengganti nilai produk yang diambil olehnya, dan disaat bersamaan perusahaan pun harus merugi. Oleh karena itu penting sekali "kejujuran" dalam bersikap maupun bersifat bagi pribadi.

Kejujuran dari tugas seorang sales pun penting bagi konsumen, mengapa? Mempromosikan produk dalam pengertian menginformasikan berkenaan produk maupun menjualnya kepada konsumen haruslah didasari kejujuran. Tugas seorang sales walau kasar katanya sebagai "pesuruh" namun dibalik itu semua sales adalah "tulang punggung" setiap bentuk usaha, tanpa ada sales maka target penjualan pun kiranya sulit untuk tercapai. Mungkin ironi sebagai sales-sales yang umum Penulis amati yaitu selain minim informasi dan apa Penulis rasakan sendiri memang taraf hidupnya tidak begitu diperhatikan, padahal perannya sangat penting. Apa yang dituntut dari perusahaan ada target penjualan dimana jika seorang sales mampu mencapai target penjualan barulah perusahaan akan mengapresiasikan usahanya tersebut. Inilah penyebab mengapa "kejujuran" tidak tampak dari seorang sales, kecenderungan tuntutan untuk mencapai target menyebabkan seorang sales menggunakan berbagai macam cara untuk menjual dan mohon maaf seringkali dengan cara "berbohong". Hal berbohong itu dapat dibilang begitu mudah ditemukan seperti produk yang beda harga, promo yang ditiadakan, sampai berbohong akan produk yang dijualnya. Memang disatu sisi seorang sales adalah "frontliner"-nya sebuah bentuk usaha namun dalam pengertian jangan menjadikan profesionalisme sebagai seorang sales menjadi seorang "pembohong". Jangan hanya memikirkan "menjaga image perusahaan" karena dengan cara "berbohong" secara tidak langsung sama dengan menunda celaka dan dampaknya itu sendiri besar bagi bentuk usaha yang dimaksud. Baik perusahaan maupun sales harus memiliki gambaran yang sama bahwa pelayanan adalah kunci utama bagimana mencapai kepuasan pelanggan "customer satisfaction" dan segala bentuk kekecewaan dari pelanggan akan berdampak besar bagi mereka.

Berbagi pengalaman Penulis, suatu ketika datang orang tua beserta anaknya (kisaran SD/SMP) menghampiri untuk membeli produk. Si orang tua ini berniat membelikan anaknya sebuah produk yang nilainya puluhan juta (baru, teknologi terkini, dan fenomenal), di satu sisi Penulis berpendapat lain dengan nilai produk puluhan juta kiranya tidak pantas untuk diberikan kepada seorang anak yang kisaran umurnya masih kecil dan selain faktor produk baru ini Penulis sebagai sales sering gunakan kiranya jauh lebih tahu dan mengenal bagaimana performa serta kualitasnya. Penulis memberikan opsi produk yang harganya kiranya jauh lebih terjangkau dan memiliki performa jauh lebih baik serta bisa dimanfaatkan bagi anak maupun orangtua, namun apa mau dikata si anak tetap kukuh menginginkan untuk produk tersebut. Karena tidak menemukan titik temu walaupun Penulis mempunyai kewajiban untuk mencapai target maka keingingan si anak untuk membeli produk pun Penulis tolak, penolakan pun tidak sepihak Penulis lakukan karena lebih dahulu Penulis konsultasikan kepada orangtuanya untuk mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum memutuskan membeli produk tersebut. Pada akhirnya mereka tidak jadi membeli produk tersebut, namun Penulis tidak kecewa karena dalam diri Penulis kiranya sudah membantu mereka. Sampai kiranya beberapa bulan kemudian orangtua dan anak tersebut datang berkunjung dan bertemu kembali dengan Penulis, bukan untuk membeli produk karena dari apa yang mereka sampaikan mereka telah membeli produk yang diinginkan oleh anaknya ditempat lain. Akan tetapi bukan informasi tersebut kabar yang ingin disampaikan, sebagaimana apa yang mereka informasikan dan apa yang anaknya lontarkan bahwa produk yang mereka beli ternyata sesuai apa yang Penulis nyatakan.

Gambaran diatas merupakan itulah profesionalisme sebagai seorang sales yaitu mampu tidak ia menjadi sosok yang "jujur"? Kejujuran mungkin kini dianggap sepele, namun dalam istilah "pelayanan" maka kejujuran adalah poin penting yang wajib kiranya dimiliki khususnya dalam dunia pekerjaan maupun usaha. Dengan seorang sales bersikap dan bersifat "jujur" maka akan berdampak bukan saja persepsi pelanggan kepada pribadi namun juga berdampak kepada image perusahaan yang bersangkutan sebagaimana apabila sales jujur maka kepecayaan pelanggan meningkat dibarengi loyalitas terhadap produk serta perusahaan. Apa yang menjadi alasan Penulis membahas materi ini lebih kepada kritikan kepada para pemilik usaha, mereka-mereka yang kiranya memimpin perusahaan untuk lebih memperhatikan lini depan mereka yaitu "sales". Kiranya cobalah bersikap dewasa dan jangan terus menerus "frontliner" anda dijadikan kambing hitam dan dianaktirikan, ketidakbecusan anda dalam memanage tercermin dari bagaimana anda memperlakukan "frontliner" sebagaimana pula terlihat seperti apa kualitas pelayanan. Jadi apakah anda sudah menjadi pribadi "jujur"? Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline