Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Pelanggan, Mati dan Hidupnya Sebuah Bentuk Usaha

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali artikel ini Penulis akan lebih dahulu menjelaskan bahwa yang dimaksud pelanggan dibagi menjadi 2, yaitu calon pelanggan dan pelanggan. Lalu apa perbedaannya? Mudahnya calon pelanggan yaitu individu dimana ia belum membeli atau menggunakan barang/jasa dari suatu bentuk usaha, sedangkan pelanggan yaitu individu yang telah membeli atau menggunakan barang/jasa dari suatu bentuk usaha. Penulis memberikan contoh, apabila Kompasianer datang ke sebuah toko kemudian menanyakan harga barang/jasa yang ditawarkan maka anda barulah seorang calon pelanggan, namun ketika anda sudah melakukan transaksi sebagai tanda jadi anda membeli atau menggunakan barang/jasa maka dengan begitu anda sudah dapat dikatakan menjadi seorang pelanggan dari toko tersebut. Sama ketika seseorang jika baru membaca artikel di Kompasiana maka ia baru dikatakan sebagai calon Kompasianer, namun ketika seseorang tersebut mendaftarkan dirinya di Kompasiana maka ia sudah dapat dikatakan sebagai Kompasianer walaupun ia tidak menulis maupun mengikuti event-event Kompasiana. Baik calon pelanggan maupun pelanggan pada hakikatnya memiliki kedudukan yang sama yaitu mereka berhak atas pelayanan yang memuaskan, namun ketika seseorang telah dianggap menjadi pelanggan maka memungkinkan ia mendapatkan pelayanan yang kiranya jauh lebih baik.

Menjadikan pertanyaan mana yang lebih penting mencari pelanggan ataukah me-maintenance (pelayanan) kepada pelanggan? Perlu diingat bahwa kedua hal ini sebenarnya sama-sama penting, namun kadar pertimbangan dari mencari maupun me-maintenance pelanggan dapat diatur tergantung situasi kondisi usaha. Sebagai contoh Penulis berikan, mana yang lebih penting menjual kendaraan bermotor ataukah me-maintenance layanan service kendaraan bermotor? Tanpa penjualan otomatis secara teori maka pendapatan usaha tidak ada, namun tidak berarti bahwa pendapatan usaha hanya dari penjualan kendaraan bermotor saja dikarenakan sebelum-sebelumnya sudah ada pelanggan yang telah lebih dahulu membeli kendaraan bermotor dari yang bersangkutan. Terus menerus me-maintenance layanan service kendaraan bermotor adalah hal yang mutlak harus dilakukan suatu usaha sebagaimana akan jauh lebih banyak yang melakukan service ketimbang yang membeli kendaraan bermotor. Sebagai gambaran berapa total pengguna kendaraan bermotor roda dua saat ini bandingkan dengan berapa banyak penjualannya, tentu akan jauh lebih besar dan semakin banyak penggunanya. Dengan me-maintenance pelanggan maka dapat berpengaruh kepada daya tarik sehingga memungkinkan aktivitas penjualan atau mencari pelanggan baru jauh lebih mudah.

Apa penyebabnya? Me-maintenance pelanggan merupakan bentuk dari after sales (layanan purna jual) dan kaitannya erat sekali dengan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas atau kesetiaan, apabila dalam me-maintenance pelanggan tersebut buruk maka memungkinkan pelanggan tersebut kecewa dan kemudian beralih. Bahkan kemungkinan yang jauh lebih parah dari akibat rasa kecewa maka pelanggan tersebut mempengaruhi calon pelanggan maupun pelanggan yang lain, otomatis hal tersebut dapat mempengaruhi image dari suatu bentu usaha dan menyulitkan dalam proses penjualan atan mencari pelanggan baru. Berbeda ketika masih menjadi calon pelanggan dimana suatu bentuk usaha berupaya meyakinkan agar calon pelanggan tersebut memilihnya. Namun bagaimana jika layanan purna jualnya tersebut baik? Tentunya hal yang dijabarkan diatas akan berdampak berbeda karena sangkut pautnya dengan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas maka tidak heran jika pelanggan tersebut puas akan pelayanan yang diberikan maka memungkinkan ia mempromosikan bentuk usaha bersangkutan kepada kerabatnya sehingga memudahkan suatu bentuk usaha dalam proses penjualan atau mencari pelanggan baru. Bahkan bisa dikatakan sebagai langkah maju atau memudahkan karena loyalitas tersebut seolah promosi gratis atau cuma-cuma, dengan begitu pelaku usaha dapat meminimalisir biaya promosi hingga upaya mencari pelanggan baru disebabkan pelanggan baru tersebut akan lebih dahulu mendatanginya. Ibarat contoh sebuah tempat makan apabila tempat makan tersebut dikatakan enak maka memungkinkan orang yang menyukai tempat maka itu akan mengajak kerabatnya maupun menganjurkan tempat makan tersebut kepada kerabatnya, tempat makan tersebut tanpa harus melakukan promosi bisa saja kerabat dari pemberi informasi akan datang sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.

Sebenarnya artikel ini Penulis tidak ada maksud menulisnya bahkan bisa dibilang dadakan, jujur materi yang mau Penulis bahas yaitu kritik terhadap pelayanan suatu bentuk usaha. Apa yang dinamakan pelanggan seolah mati dan hidupnya bentuk usaha, namun yang paling disayangkan di Indonesia ini adalah pelanggan seolah menjadi "kambing conge"-nya saja. Bentuk usaha di Indonesia ibarat pepatah "besar pasak daripada tiang", besar promosi akan tetapi kualitas nol besar. Yang diprioritas oleh mereka adalah informasi agar menarik calon pelanggan lebih diutamakan namun berbicara me-maintenance pelanggan bisa naik darah kalau terus dipikirkan bagaimana buruknya, disatu sisi pelanggan setia salah satu faktornya dikarenakan ia butuh namun disisi lain pelanggan setia ibarat "sapi perah" dari pembodohan yang dilakukan oleh suatu bentuk usaha. Ini ada kenyataan dari ironisnya hidup di Indonesia, tingkat konsumerime yang tinggi penduduknya akan tetapi tidak dibarengi dengan kualitas yang memuaskan dari pelaku usaha. Pemerintah yang didaulat sebagai pelindung pun seolah tak kuasa dengan tindak pelaku usaha yang dapat berlaku semena-mena dan membuat keputusan sepihak terhadap para pelanggannya. Semoga dengan adanya artikel ini memberi kesadaran bagi kita semua untuk selalu berupaya memberikan layanan terbaik bagi pelanggan guna meningkatkan mutu perekonomian di Indonesia dan semoga Indonesia lebih baik kedepannya. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline