Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Brand Imaging, Tidak Selalu Harus yang Pertama

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia marketing, menjadi nomor satu maupun yang lebih dahulu apakah itu bentuknya sebuah pembaharuan  dianggap sesuatu yang teramat penting. Istilah kata tidak ada tempat menjadi nomor dua ataupun hina apabila menjadi yang terakhir. Hal tersebut memang ada baiknya, semacamnya sebuah pengembangan diri untuk terus berupaya berinovasi dan memotivasi menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang lain. Namun, secara tidak disadari ada terselip dampak buruk bahwa anda hidup dalam dunia yang diisi oleh rivalitas (persaingan) atau kompetisi yang terkadang tensi persaingan ini sampai-sampai berbenturan bahkan saling menjatuhkan antar satu pihak dengan pihak lain mengakui bahwa bentuk pembaharuan itu hanyalah miliknya pribadi.

Sebagai gambaran betapa kuatnya Brand Imaging, semisalkan anda membutuhkan air mineral, pembasmi nyamuk, Jet Pump, Air Conditioner, ataukah bentuk dimana itu ada suatu fungsi didalamnya maka pikiran anda tertuju kepada suatu merk yang telah hidup atau menjadi bagian yang anda percayai (keseharian) benar-benar memiliki kualitas. Contoh dalam global market, kalau tidak salah ingat Penulis sempat membuat artikel mempersoalkan persaingan antara Apple dan Google hingga saat ini walau menurut Penulis kini sudah reda dan berjalan bersamaan. Siapa yang tidak mengenal Apple sebagai sosok jenius, produk inovatifnya selalu menggebrak trend pasar teknologi. Sedangkan Google, Penulis anggap sebagai sosok yang cerdas dalam melihat peluang disana dengan melahirkan Android.

Mengapa Penulis anggap jenius dan cerdas? Anda tidak harus menjadi nomor satu dalam sesuatu hal, anda hanya cukup menciptakan sesuatu yang berbeda pada hal yang lain. Dengan sedikit percikan maka aroma persaingan pun tercium ke segala penjuru dunia. Penulis mengistilahkan persaingan itu ibarat "ribut didepan, dibelakang main golf bareng". Itulah kenyataan yang ada dalam market, persaingan sengaja diciptakan untuk mendorong penjualan alhasil terlihat saling menjatuhkan akan tetapi  bisa terlihat bahwa keduanya sama-sama memetik buah dipohon yang sama. Justru dikala persaingan itu berjalan yang ribut malah konsumennya layaknya promosi gratis tanpa susah-susah repot mengeluarkan biaya maupun tenaga.

Seperti judul artikel Penulis bawakan bahwa "tidak selalu harus yang pertama", sebagai contoh Smart Watch. Kita ketahui bersama trend era Smart Watch sedang digemari saat ini, bahkan diprediksi akan mengancam dan menggusur produsen jam tangan konvensional yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Hal yang Penulis katakan sesuatu yang mustahil terjadi dikarenakan jam tangan konvensional dan Smart Watch punya ciri khas dan segmen pasar yang berbeda. Anda dapat bayangkan betapa rumitnya membuat jam tangan konvensional dan jika bicara soal harga maka terkadang membuat tidak habis pikir mahalnya. Hal ini pun diterapkan oleh Apple dengan iWatch-nya, walau trend market sedang bergairah sudah dari jauh-jauh lama, mereka tidak terlihat terlalu bernafsu seolah seperti menunggu apa yang pesaingnya lakukan terlebih dahulu. Mereka sadar bahwa menjadi yang pertama memungkinkan pihak lain menciptakan hal yang sama, mereka sadar bahwa menjadi yang pertama memungkinkan pihak lain membuat jauh lebih baik dari apa yang dibuatnya, mereka sadar bahwa menjadi yang pertama memiliki resiko tinggi akan kegagalan di segmen pasar, terlebih Smart Watch ini bukanlah inovasi melainkan evolusi dari jam tangan konvensional yang kini mengadaptasikan teknologi informasi  (kasar katanya jam dibalut operating system).

Menjadi terakhir tidaklah buruk karena didalamnya terselip keuntungan, entah apakah istilah tepat Penulis gunakan semacam counter measure yaitu sebuah tindakan yang diambil untuk melawan atau mengimbangi satu sama lain. Dalam artian Apple membiarkan dan menggunakan moment para pesaingnya dalam kategori Smart Watch untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya serta melihat apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. Mengapa Apple melakukan demikian? Penulis beranggapan dikarenakan Apple sudah memiliki brand imaging yang sangat kuat, tentu dengan strategi pemasaran yang tepat sangatlah mudah memutar haluan para konsumen agar beralih ke lain hati untuk memilih produknya.

Apa yang mendorong dan mempertahankan brand imaging, yaitu kualitas dan pelayanan. Dua hal ini sangatlah penting jika saja anda memiliki sesuatu produk maka hal inilah yang perlu anda perhatikan. Ibarat anda menjual kue, tidak hanya dituntut hanya enak namun untuk berkembang lebih jauh lagi anda bisa memberikan pelayanan tambahan semisalkan jasa antar kue ke pemesan. Apabila anda konsisten dengan hal ini, anda tidak perlu-perlu lagi mencari konsumen atau repot-repot lagi mengantar dikarenakan mungkin justru anda yang dicari oleh para konsumen atau berkenan datang langsung membeli produk anda. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline