Mohon maaf sebelumnya judul artikel diatas jangan terlalu dibawa serius, artikel ini sekiranya hanya sebatas opini pribadi Penulis menanggapi respon sebagian masyarakat dari musibah banjir kemarin hari. Sebagaimana keadaan berkembang, pada hari ini beberapa wilayah Ibukota masih dalam keadaan tergenang air, tampak segala upaya dilakukan khususnya pihak pemerintah kota Jakarta beserta aparat gabungan untuk membantu para warganya guna mempermudah aktivitas keseharian mereka pasca banjir. Namun ada hal yang menarik prihal banjir ini bahwa sorotan publik mengarah kepada sosok Gubernur DKI Jakarta Bapak Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal dengan sapaan Ahok yang kini seolah dijadikan kambing hitam, Penulis pun tidak habis pikir mengapa beliau yang kini disalahkan.
Umumnya kita ketahui bersama bahwa warga Jakarta mayoritas adalah orang-orang terdidik sekiranya individu yang masih menggunakan nalarnya serta memiliki hati, entah darimana selentingan-seletingan negatif tersebut berasal sehingga Penulis beranggapan bahwa budaya mencari-cari kesalahan orang lebih baiknya ditanggalkan. Apa kita tidak lihat dengan seksama apa yang telah Pemprov DKI Jakarta telah lakukan? Baik pengerukan kali, normalisasi waduk, penertiban bangunan, dan segala usaha guna mengupayakan Jakarta terbebas dari banjir telah dilakukan berikut beberapa wacana santar terdengar oleh masyarakat. Sadar maupun tidak disadari hal tersebut telah dilakukan dan buktinya ada didepan mata maka tentu selentingan negatif itu menyoroti kepada siapa yang mengubarnya terlebih dahulu.
Banjir merupakan masalah klasik Ibukota dari dahulu kala hitungan ribuan tahun bahkan sebelum masa penjajahan Belanda menamakan Jakarta sebagai Batavia dan siklus 5 tahunan berkumandang, semenjak zaman kerajaan dahulu disaat kerajaan Tarumanagara berkuasa tertulis dalam sebuah prasasti Tugu yang ditemukan di tahun 1878 menyatakan bahwa kota ini (Jakarta yang kita kenal) mengalami musibah banjir dikala curah hujan tinggi (untuk lebih lengkapnya silahkan baca disini).
Kiranya berhentilah saling menyalahkan maupun mengumbar kebencian kepada pihak tertentu karena itu merupakan sesuatu hal yang tidak bermanfaat dan tidak menyelesaikan permasalahan. Cobalah ubah sikap dan sifat negatif tersebut menjadi energi positif, seumpamanya menjadikan bentuk rasa keperdulian tinggi dengan mewujudkan sebuah gerakan aksi nyata guna mengatasi banjir Jakarta atau hal-hal positif lainnya yang manfaatnya dapat dirasakan secara pribadi maupun bersama. Memberikan pendapat atau pernyataan memang diperbolehkan namun tujuannya pun harus tepat sasaran bukannya malah memperkeruh keadaan, semisal merespon kinerja buruk oknum-oknum pemerintahan maupun prilaku buruk masyarakat itu sendiri akan tetapi tentunya dengan mengedepankan sopan santun. Banjir merupakan sebuah musibah toh tidak kita rasakan sendiri saja tak hanya cakupan kota Jakarta maupun Indonesia bahkan hingga diluar negeri pun mengalami. Bersyukur jauh lebih bermanfaat ketimbang sibuk mengeluh dan mencari-cari kesalahan ibarat menambah permasalahan, maka selayaknya ada lebih baiknya kita merenung sambil mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H