Lihat ke Halaman Asli

Kader Borjouis Lahirkan Pemimpin Koruptif

Diperbarui: 24 November 2015   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”
kaderisasi pemuda merupakan sekumpulan anak-anak muda baik itu pria dan wanita yang berdiri, bertindak, berbuat dan berkata dalam satu forum dan wadah yang dinamakan Partai politik, setiap partai politik memiliki ruang bagi para pemuda dan pemudinya atau sayap partai politik.

Seringkali kita melihat pola-pola kaderisasi di dalam partai politik baik itu di tingkat Nasional dan juga daerah yang sudah kehilangan bentuk “alaminya”, yang mana didalam pembentukan karakter kaderisasi tersebut tertanam proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.

Bukan pola-pola baru yang cenderung bersifat hendonis, hegemoni (hura-hura) dan borjois, cerminan pergeseran arti kaderisasi tersebut akan menimbulkan bahaya laten yang akan menjatuhkan peran partai politik yang selama ini melahirkan pemimpin-pemimpin besar suatu Negara, baik di tingkat eksekutif, Legislatif bahkan yudikatif.

Pergeseran peran tersebut merupakan suatu fenomena yang tak bisa dibendung, bagaikan tsunami yang susah untuk mencari jalan menghindari besarnya hantaman air yang kuat, fenomena ini bukan menjadi sesuatu yang dianggap kecil ini dapat menjadi ancaman bagi bangsa kita ke depan karena krisis kaderisasi, ketika krisis ini melanda maka tidak butuh waktu lama bangsa ini akan kehilangan jati dirinya, pemimpin seperti apa yang kita harapkan jika partai politik tidak dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tegas tentang pola kaderisasi kepemimpinan di daerah dan tingkat nasional.

Fenomena sekat pergaulan antara Kaum Pemuda-pemudi borjouis ini tercermin ketika pergaulan yg mereka lakukan di dalam satu ruang ligkup organisasi partai politik tidak ada diskusi tentang ide-ide besar, pemahaman tentang karakter kebangsaan, karakter diri, yang ada hanya sekumpulan borjouis berinteraksi dengan obrolan yang sangat tidak penting, menyangkut bisnis, jual beli saham, pembuatan projek kiri, projek kanan, kongsi-kongsi dengan pejabat berwenang di daerah, nepotisme permainan A dan B,

pada hajatan pilkada partai partai besar kaum pemuda borjouis terkesan hendak menunjukkan sikap hura hura, foya-foya menunjukkan mereka orang kaya dengan memamerkan mobil pada saat kampanye berlansung (baik itu pilkada di daerah-daerah), dengan pola pola seperti ini apa yang terjadi dengan partai politik kita? apakah memang ajaran dari para senior mereka ? yang berkeinginan bahwa partai mereka partai yang kaya dan besar sehingga dianggap banyak punya barang barang mewah.

kami tidak tau reaksi bahkan respon masyarakat apakah berempati atau malah sebaliknya mencemooh dengan sifat borjouis dengan apa yg mereka gunakan, harusnya mereka melihat penderitaan rakyat sekitar, bukan show of force dengna iring iringan mobil mewah para petinggi partai dan pemuda pemudi dalam balik kaca mobil mewah teraebut.

berbeda halnya dengan kaum-minoritas pingiran baik itu lembaga-lembaga LSM, ormas lainnya yang mempunyai ide gagasan yang mempunyai kesamaan visi dan misi membangun bangsa serta cita-cita rakyat indonesia, terkesan kritis, kuat, memiliki spirit dan daya ledak yg tinggi ketika arus kehidupan berbangsa dan bernegara keluar dari jalurnya.

hilangnya ruang publik yang mematikan minat kaum-kaum muda minoritas untuk dapat bersaing ditengah gempuran kaum muda borjouis ini, kaum muda borjouis berbicara mengunakan uang dan segalanya, kaum minoritas hanya mengunakan akal, budi, pekerti dan intelektualitas semata.

Krisis kaderisasi tercermin dimana Partai politik yang “meng-aggap” diri mereka besar dalam arti nama dan juga kekuatan financial akan membentuk suatu rente yang borjuis dan hendonis, bagaimana tidak, apa yang terlihat sangat jelas peran mereka atau pemuda-pemudi yang tergabung dalam Organisasi (Partai Politik) tersebut hanya mengkotak kotakkan pergaulan antara sesama kaum Borjouis (kaya) dan Hendonis, kita melihat partai politik yang mempunyai kaderisasi pemuda ini hanya mempunyai ruang yang sempit, tidak dapat membagikan IDE (gagasan), Visi dan Visi yang terkadung di dalam wadah partai politik yang mereka naunggi.

Bahkan ruang lingkup dan ruang gerak mereka hanya kepada kaum-kaum borjouis yang mengangap diri mereka pintar, cerdas dan beretika. Pola ini cenderung tidak membuka pintu selebar-lebarnya kepada pemuda-pemudi yang seluruh bangsa Indonesia untuk berkarya, berbuat dan bertindak sesuai gagasan, Visi dan Misi dari partai Politik tersebut, jika partai politik yang borjois ini masih tetap bertahan maka lambat laun kaderisasi dalam kepemimpinan kita akan tumbuh wajah-wajah pemimpin yang koruptif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline