Lihat ke Halaman Asli

Pemahaman Semiotik Menurut Ferdinand de Saussure: Dasar-Dasar Studi Tanda dalam Bahasa

Diperbarui: 16 Januari 2025   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ferdinand de Saussure (Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_de_Saussure))

Semiotik adalah cabang ilmu yang mempelajari tanda-tanda dan bagaimana tanda tersebut digunakan untuk berkomunikasi. Salah satu tokoh utama dalam perkembangan semiotik modern adalah Ferdinand de Saussure, seorang linguis asal Swiss yang dianggap sebagai "Bapak Linguistik Modern." Pemikirannya tentang tanda, makna, dan struktur bahasa menjadi dasar penting dalam kajian semiotik.

Konsep Tanda Menurut Saussure

Saussure mendefinisikan tanda sebagai entitas yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu:

  • Signifier (Penanda) adalah bentuk fisik dari tanda, seperti kata, gambar, atau bunyi. Misalnya, kata "pohon" dalam bentuk tulisan atau suara adalah penanda.
  • Signified (Petanda) adalah konsep atau makna yang diwakili oleh penanda. Dalam contoh "pohon," petanda adalah ide tentang pohon sebagai tanaman berbatang, berdaun, dan hidup di alam.

Menurut Saussure, hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan alami antara bentuk fisik tanda dengan maknanya. Hubungan ini didasarkan pada kesepakatan sosial yang terbentuk dalam masyarakat bahasa tertentu. Sebagai contoh, kata "pohon" dalam bahasa Indonesia berbeda dari kata "tree" dalam bahasa Inggris, meskipun keduanya merujuk pada konsep yang sama.

Hubungan Arbitrer Antara Penanda dan Petanda

Salah satu kontribusi terbesar Saussure dalam semiotik adalah gagasan bahwa hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer. Artinya, tidak ada hubungan alami atau bawaan antara bentuk tanda dan maknanya. Sebagai contoh:

  • Dalam bahasa Indonesia, kata "kucing" digunakan untuk menggambarkan binatang tertentu.
  • Dalam bahasa Inggris, binatang yang sama disebut "cat."
  • Dalam bahasa Jepang, disebut "neko."

Ketiga kata tersebut memiliki bentuk penanda yang berbeda, tetapi semuanya merujuk pada konsep yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara tanda dan makna adalah hasil dari kesepakatan sosial yang berbeda-beda di setiap komunitas bahasa.

Tanda dalam Sistem Bahasa

Saussure memandang bahasa sebagai sistem tanda yang saling berhubungan. Dalam sistem ini, setiap tanda memperoleh maknanya melalui perbedaan dengan tanda lain, bukan melalui hubungan langsung dengan dunia nyata. Misalnya, makna kata "pohon" berbeda dari "rumput" atau "batu" karena perbedaan konseptual di antara kata-kata tersebut.

Konsep ini sering dirujuk sebagai "Differential Nature of Signs" atau sifat diferensial tanda, yang menunjukkan bahwa bahasa bekerja melalui oposisi atau perbedaan antar elemen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline