Lihat ke Halaman Asli

Resensi Buku “Dilema Perempuan" karya Anny Djati W

Diperbarui: 4 April 2017   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerbit: Media Sobiz – Jakarta

Cetakan Pertama, September 2008, 588 Halaman.

Novel ini merupakan novel pertama yang lahir dari goresan tangan Anny Djati W., seorang wartawati dan penulis senior di antara segelintir saja penulis perempuandi Indonesia. Dengan tampilan fisik novel ini yang cukup tebal, tampaknya Bu Anny membidik kaum perempuan yang memang gemar membaca sebagai sasaran utama pembaca novelnya.

Dilema perempuan yang disorot dalam novel ini merupakan permasalahan klasik bagi kaum perempuan Indonesia setelah era Kartini yang menghembuskan semangat emansipasi . Semakin banyaknya kaum perempuan yang terjun ke dunia kerja memang berimplikasi pada gesekan-gesekan kepentingan yang berbenturan dalam menentukan prioritas antara kepenntingan kerja dan kepentingan keluarga.

Novel ini menceritakan perjuangan sosok Dewi Sekar Kirana, sosok perempuan berumur menjelang 50-an tahun yang berasal dari kalangan berada. Bersuamikan Panji, seorang pengusaha kaya yang memiliki naluri bisnis yang tajam. Sekar digambarkan sebagai seorang perempuan yang cantik, berpenampilan menarik, pintar bergaul, berpendidikan dan ibu yang nyaris sempurna bagi dua anaknya, Arry dan Maria.

Tapi kehidupan nyaris tak pernah ada yang steril dari masalah. Sikap Panji yang melarang Sekar bekerja pada akhirnya tak mampu lagi membendung hasrat Sekar untuk mengaktualisasikan dirinya di luar rumah. Apalagi persoalan orang ketiga yang mengguncangkan keharmonisan rumah tangganya dengan Panji semakin membuat Sekarterpojok dan merasa tersisihkan. Meskipun pada kenyataannya masalah perselingkuhan Panji ini lebih didominasi pada asumsi-asumsi pribadinya yang belum pernah benar- benar terbukti.

Banyak sekali pemikiran pemikiran Sekar yang mempertanyakan , membandingkan memperjuangkan, dan bahkan memberontak terhadap banyak sekali aspek kehidupan. Dogma- dogma agama yang seringkali dipandang kurang berpihak pada kaum perempuan, beratnya perjuangan seorang perempuan dalam mempertahankan keutuhan rumah tangganya, problema seksual dalam rumah tangga, hubungan orangtua dengan anak, hingga kasus-kasus kehidupan pribadi teman-teman Sekar yang begitu berwarna warni mengajak kita menyelami kedalaman hati seorang manusia yang begitu kompleks.

Pemaparan-pemaparan ilmiah kedokteran yang dikupas dalam novel ini diramu secara apik dan memberikan informasi bermanfaat bagi kaum perempuan. Cara pemaparannya samasekali jauh dari kesan menggurui. Informasi masalah seksual, antisipasi menopause/andropause dan oesteroporosis, nymphomania atau hiperseks dikupas secara mendalam disertai fakta-fakta ilmiah dan analisis psikologisnya

Cuplikan-cuplikan lagu populer yang sesuai dengan situasi emosional Sekar juga turut mempermanis novel ini.

Sayangnya ada beberapa kesalahan penulisan yang menurut saya seharusnya tak bisa lolos dari filter sang editor. Seperti penulisan self f lllment di halaman 202 , anaku di halaman 241 serta miliku di halaman 436 ataupun penulisan Universitas Pajajaran di halaman 371.

Pada beberapa bagian, penggunaan kalimat-kalimat Bahasa Inggris dalam percakapan Sekar dengan teman-temannya menurut saya lebih pas dan terasa gregetnya justru jika disampaikan dalam Bahasa Indonesia saja. Mungkin penggunaan Bahasa Inggris ini untuk lebih menekankan bahwa Sekar berada di lingkungan yang berpendidikan dan serba berkecukupan.

Secara umum novel ini dibangun dalam plot yang terasa datar-datar saja. Tapi pemaparan detail-detail kecil yang dibahas secara rinci memperlihatkan kemampuan penulisnya untuk menyajikan informasi yang utuh. Penekanan penulis mungkin lebih diarahkan pada pergulatan pemikiran yang berkecamuk di kepala Sekar sebagai seorang perempuan yang ingin mengabdi sebagai seorang isteri dan juga ibu , tapi juga tanpa menafikan arti harapan-harapan pribadinya, ambisinya, interaksi sosialnya, keingintahuannya, bahkan dorongan seksual yang ada dalam dirinya sebagai seorang perempuan.

Novel ini sangat bermanfaat memberikan pencerahan bagi perempuan dalam menentukan posisinya yang demikian rumit dan dilematis, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan rumah tangganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline