Lihat ke Halaman Asli

Pendekatan Human Relations dalam Pemasaran Produk Yakult

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa bulan belakangan ini, kita terbiasa disuguhi pemandangan ibu-ibu berseragam kotak-kotak putih dan hijau toska muda mendorong kereta berisi bermuatan tas kotak berpendingin berisi produk Yakult. Dengan ramah para ujung tombak pemasaran ini mengetuk pintu rumah kita dan menawarkan minuman prebiotik yang diklaim bisa menjaga kesehatan usus kita .

Strategi pemasaran ini tampaknya telah menarik simpati para konsumen karena memiliki kelebihan -kelebihan sebagai berikut :


  1. Yakult bukanlah kebutuhan primer yang terhitung mendesak untuk dikonsumsi, sehingga Yakult sering terlupakan dalam daftar belanjaan rutin bulanan kita. Dengan pendekatan yang akrab dan langsung disediakan di depan pintu rumah , membuat para konsumen cenderung membeli produk tersebut.
  2. Harga yang ditawarkan per kemasan lebih murah Rp. 500,00 daripada harga pasaran di toko. Strategi penurunan harga ini mungkin hasil evaluasi dari bulan-bulan awal pemasaran langsung Yakult, karena pada awalnya harga yang ditawarkan sama dengan harga pasaran di toko.
  3. Tenaga sales yang rata-rata ibu rumah tangga mungkin lebih menarik simpati dan membuat para calon konsumen tak tega untuk menolaknya. Berbeda dengan sales produk produk otomotif yang lebih menonjolkan penampilan fisik , para sales yakult adalah ibu-ibu berusia 30 - 50 tahun yang penampilan fisiknya sangat bersahaja tapi rata-rata menawarkan keramahan dan kehangatan yang mungkin tidak bisa kita dapatkan saat berbelanja di pasar swalayan.
  4. Kekuatan produk itu sendiri yang semakin dirasakan manfaatnya oleh para konsumen. Susu fermentasi seperti Yakut ini memang terbukti melancarkan pencernaan dan BAB, memberikan rasa nyaman di perut serta menghilangkan pecah-pecah di bibir.
  5. Para sales Yakult ini memiliki wilayah pemasaran yang tetap sehingga bisa mendorong keakraban yang berlanjut antara sales dengan para konsumen. Beberapa sales yang komunikatif dan luwes bahkan merasa memiliki banyak teman dan kerabat baru yang didapatkan selama mereka bertugas. Pengalaman saya sendiri yang cukup mengesankan adalah ketika saya membeli produk tersebut lalu saya dido'akan oleh si Ibu sales itu agar semua pekerjaan saya diberi kelancaran oleh Allah SWT. Hm...sungguh-sungguh sangat mengesankan dan terharu saya dibuatnya.


Strategi pendekatan sisi kemanusiaan yang tengah ditawarkan produsen Yakult ini tampaknya cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang masih sangat erat memegang teguh nilai- nilai kekeluargaan. Tentu saja dengan catatan, tenaga pemasaran yang menjadi ujung tombak harus senantiasa dikontrol dan dievaluasi  kinerjanya.

Keterampilan berkomunikasi akan menjadi modal utama bagi para sales ini dalam meningkatkan target penjualan nya. Bila kemampuan ini bisa terus diasah dan dikembangkan, bukan tak mungkin strategi pemasaran seperti ini dapat melecut tingkat penjualan produk Yakult dan memaksa para pesaing untuk mengikuti langkah yang telah  ditempuh Yakult.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline