Perjalanan menuju ke Stasiun Gambir dari Bekasi ditempuh dalam waktu 1 jam. Terasa lama karena Si Hong sudah pengen sampai di Jogja. Pikirannya sudah membayangkan ke indahan Bukit Menoreh dan langit birunya. Tibalah di stasiun Gambir. Stasiun Gambir berubah total, sudah seperti sebuah Mall, lengkap dengan resto-resto ternama. Sambil menunggu keberangkatan, Si Hong sarapan Mie dulu.
Tiba jam 9.20 WIB kereta Taksaka meninggalkan Stasiun Gambir, membawa rombongan Pertamina RTI (Research Technology Innovation) menempati 4 bh gerbong kereta, dalam rangka Gathering Family di Yogyakarta tanggal 23-25 November 2023.
Sampai di Jogyakarta jam 15.00 WIB, langsung menuju tempat bermalam di Royal Ambarukmo. Malamnya Si Hong pergi dengan naik Gojek ke Malioboro. Malioboro adalah tempat yang selalu ngangenin setiap Ke Jogja.
Malioboro sekarang telah banyak berubah, mulai tidak ada warung angkringan, lesehan, pedagang-pedagang di pinggir toko dan pemusik-pemusik ditengah jalanan. Jadi Malioboro lebih rapi dan lengang. Tapi yang tidak berubah dari Malioboro adalah tetap banyak pengunjung yang berjalan ramai sekali. Bangku-bangku di pinggiran jalan penuh terisi pengunjung untuk istirahat, sambil menikmati pijat urut kaki. Tapi Jalan Malioboro tetap macet.
Para pedagang batik, tas, kaos dan aksesoris lainnya ditempatkan disatu tempat, yang namanya: Teras Malioboro. Pemusik Jalanan pun tidak ketinggalan dibuatkan panggung terbuka di dalam Teras Malioboro.
Suara alunan musik dari dalam Teras Malioboro terdengar sampai ke jalan, hal ini menarik Si Hong untuk menghampiri ke Teras Malioboro. Di dalam Teras Malioboro ada panggung musik terbuka. Panggung musik ini diisi oleh pemusik jalanan.
Pemusik-pemusik jalanan ini dibina oleh Dinas Pariwisata dan jadwal manggungnya diatur bergantian di Teras Malioboro 1 dan 2. Ada yang request lagu dan ada juga yang nyumbang lagu. Penyumbang lagu ada yang dari Purwokerto, Medan Sumut dan dari Samarinda Kaltim. Jadi panggung musik menjadi panggung terbuka untuk orang bernyanyi. Penontonnya pun duduk dipelataran tanpa alas di depan panggung. Bagi penonton, maupun yang minta lagu dan penyumbang lagu, dapat memberi sumbangan seikhlasnya di wadah toples plastik besar 2 buah, persis di depan panggung.
Ketika jam medekati pukul 22.00 WIB, ada seorang putri untuk menyumbang lagu untuk bernyanyi. Ditengah dia bernyanyi, ada seorang Bapak, memberi sumbangan ke wadah toples dengan uang lembaran Rp 50.000,- tanpa henti. Penonton memberi tepuk tangan dan memberi pujian kepada Bapak tersebut.
Begitu seorang Putri bernyanyi lagi, Bapak tersebut melakukan sumbangan lagi dengan uang lembaran Rp 100.000,- dalam jumlah banyak, sampai lagu yang ketiga, si Bapak terus melakukan lagi dengan uang Rp 50.000,-. Spontan penonton yang duduk dipelataran memberikan applause tepuk tangan dengan sangat meriah sekali.