Lihat ke Halaman Asli

SANJAYA LTS

S1 Kehutanan IPB Angkatan 14

Tukang Cincau Keliling Kota Bekasi

Diperbarui: 4 November 2023   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Dok. Pribadi (Es Cincau tanpa santan & gula)

Babe Jamaludin berumur 68 tahun pada tahun 2023, berdagang cincau keliling dengan mendorong gerobak, yang jalannya turun naik (ada tanjakan di depan Pom Bensin Kartini) walaupun kakinya agak pincang (maaf ya Babe), dia semangat untuk berdagang cincau.

Cincaunya asli dari daun cincau (cyclea barbata) yang dia peroleh disekitar Kampung Poncol, Kartini sampai Bulak Kapal dan kampung sekitarnya. Daun cincau ini tidak ada dijual di pasar (sangat jarang, boleh dikatakan sudah mulai langka, terutama yang batangnya berbulu). Apalagi pada musim kemarau sulit didapat daunnya. 

Ketika daun cincau tidak didapat setelah dia mencari dengan berjalan kaki, maka cincau tidak dapat dibuat, maka dia tidak dagang. Dia berdagang 1 minggu sekali atau 2 kali seminggu, atau istilahnya jarang dagang, karena tergantung daun cincaunya. Babe Jamaludin berdagang mangkal di ujung Jalan Mawar Raya, Pasar Lama Kota Bekasi.

Cincaunya enak sekali, gulanya asli wangi pandan, apalagi dicampur es bersantan menjadi minuman penyejuk dahaga yang tiada tara. Apalagi minumnya dikala terik matahari menyengat. Dan yang paling penting, harganya sangat merakyat yaitu Rp 5.000,- per gelas besar, sangat terjangkau.

Waktu sebulan yang lalu, Si Hong beli 2 bungkus cincau, eh nggak tahunya ada ibu-ibu mau beli, Si Babe bilang, "abis bu cincaunya". Kemudian Si Hong memberi satu bungkus cincaunya ke Si Babe untuk dituangkan ke gelas untuk ibu-ibu tersebut. Akhirnya Si Ibu makan mie ayam sambil minum cincau campur es bersantan, nikmat sekali rasanya.

Babe Jamaludin (68 th) berdagang cincau dorong, walaupun dia punya keterbatasan pada kakinya,  yaitu berjalan pincang (maaf sekali lagi ya Babe), dia berdagang sudah 36 tahun dan masih tetap semangat, dan dia bersyukur masih sehat walaupun dalam hidupnya masih banyak keterbatasan.

Ketika ada sekelompok orang yang memperhatikan, serasa keterbatasan itu masih bisa dilewati, seperti ada secercah harapan untuk hari esok, bagaikan matahari terbit dari timur di pagi hari.

Source: Dok. Pribadi (Babe Jamaludin)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline