Lihat ke Halaman Asli

Mengurai Jalinan Logika: Silogisme, Logisme hingga Fallacy

Diperbarui: 5 Oktober 2024   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia dalam hidupnya tidak sapat terpisahkan dari aktivitas berpikir. Berpikir dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan menggali pemahaman yang tepat, dengan standar ketepatan pada setiap individu yang beragam. Oleh karenanya, standar ketepatan pada tiap individu yang dijadikan sebagai dasar pasti akan berbeda antara satu dengan lainnya.

Pada ranah filsafat dan logika, ditemui beberapa pola dalam aktivitas kajian dan pemahaman pola pikir manusia untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Tiga pola yang sering dikaji dalam disiplin tersebut antara lain syllogisme, logisme, dan fallacy. Ketiganya mempunyai fungsi dan ciri yang beragam dalam memproduksi argumen yang valid. Artikel ini akan membahas pengertian, penggunaan, dan perbedaan mendasar dari ketiga konsep ini.

1. Silogisme

Silogisme merupakan pola pikir yang melibatkan premis sebagai dua bagian pertama dan sebagai bagian ketiganya adalah kesimpulan. Dalam silogisme, dua premis dijadikan sebagai dasar untuk menghasilkan informasi baru atau yang disebut dengan kesimpulan (Indah, n.d.).

Contoh : 

Premis 1: Semua mahasiswa UIN Malang adalah pelajar.

Premis 2: Budi adalah mahasiswa UIN Malang.

Kesimpulan: Budi adalah pelajar.

2. Logisme

Logika dipandang sebagai dasar pemikiran yang bisa diterapkan dalam berbagai cabang matematika. Aliran filsafat yang dikenal sebagai logisme menyoroti hubungan erat antara logika dan matematika. Aliran ini berpendapat bahwa semua aturan dasar matematika dapat dijelaskan dengan logika. Logisme mulai berkembang pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 oleh tokoh-tokoh seperti Gottlob Frege, Bertrand Russell, dan Alfred North Whitehead. Gagasan utama logisme adalah bahwa matematika sepenuhnya bisa dijelaskan melalui logika. Para pendukung aliran ini percaya bahwa semua konsep dan pernyataan matematika dapat dijelaskan dengan logika tanpa perlu menggunakan prinsip lain di luar logika (Prabowo, 2009). 

Walaupun logisme telah memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan dasar logika dan matematika, aliran ini juga menerima banyak kritik. Salah satu kritik paling terkenal berasal dari Kurt Gdel melalui teorema ketidaklengkapannya, yang menunjukkan bahwa dalam setiap sistem logika formal, selalu ada pernyataan yang benar tetapi tidak dapat dibuktikan dalam sistem tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline