Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Privacy by Design untuk Perlindungan Data di Era Digital

Diperbarui: 24 September 2024   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Businessman logging in to his tablet (Sumber: Freepik.com)

Pentingnya Privacy by Design untuk Perlindungan Data di Era Digital

Di tengah pesatnya perkembangan era digital, isu perlindungan privasi informasi menjadi semakin mendesak. Kebocoran data pribadi yang meningkat secara drastis, seperti yang dilaporkan oleh Risk Based Security Inc. pada 2019, menunjukkan lebih dari 15,1 miliar data bocor, naik 284% dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu contoh paling menonjol adalah insiden kebocoran data di Capital One Financial Corporation, yang berdampak pada lebih dari 100 juta pelanggan di Amerika Serikat dan Kanada, dengan kerugian diperkirakan mencapai $100 hingga $150 juta. Fenomena ini menggarisbawahi betapa rentannya sistem informasi saat ini terhadap pelanggaran privasi. 

Privacy by Design (PbD) muncul sebagai respons atas tantangan ini, menawarkan pendekatan yang menekankan perlindungan privasi sejak tahap awal perancangan hingga akhir siklus hidup produk informasi. Meskipun konsep ini telah diterima secara luas di kalangan regulator, seperti dalam General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa, implementasinya di industri teknologi, terutama di antara para insinyur sistem informasi (IS), masih menghadapi banyak tantangan. 

Artikel ilmiah yang ditulis oleh Fei Bu, Nengmin Wang, Bin Jiang, dan Qi Jiang (2021) dalam International Journal of Information Management berupaya menjawab pertanyaan ini melalui penerapan model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) yang diperluas. Penelitian ini fokus pada faktor-faktor yang memotivasi insinyur IS di Tiongkok dalam mengadopsi PbD. Temuan ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan teknologi informasi yang ingin meningkatkan penerapan PbD di lingkungan kerja mereka. 

***

Penelitian yang dilakukan Bu et al. (2021) memanfaatkan model UTAUT yang telah diperluas untuk memahami faktor-faktor yang mendorong penerimaan teknologi di kalangan insinyur sistem informasi. Model ini menekankan pada empat komponen inti: ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi yang memfasilitasi, dengan tambahan faktor kesadaran dan sikap terhadap PbD. Kedua faktor tambahan ini terbukti krusial dalam memengaruhi niat dan perilaku adopsi PbD. 

Temuan utama dari studi ini adalah sikap insinyur terhadap PbD memainkan peran sentral dalam mendorong niat implementasi. Sikap positif berkorelasi dengan tingkat kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya privasi serta persepsi manfaat kinerja dari penerapan PbD. Penelitian ini menemukan bahwa 52,5% variabilitas perilaku implementasi PbD dan 60,7% niat adopsi dapat dijelaskan oleh model yang diusulkan. Ini menunjukkan bahwa dengan meningkatkan kesadaran dan sikap positif, penerapan PbD dapat lebih berhasil di kalangan insinyur IS. 

Ekspektasi kinerja, yang diukur dari persepsi insinyur tentang seberapa besar PbD dapat meningkatkan efisiensi kerja, juga memainkan peran penting. Studi-studi sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Patil et al. (2020), menunjukkan bahwa persepsi positif terhadap kinerja teknologi baru sangat memengaruhi niat adopsi. Dalam konteks PbD, insinyur yang melihat bahwa penerapan ini dapat memaksimalkan kinerja akan lebih termotivasi untuk menerapkannya. 

Namun, tantangan utama yang diidentifikasi adalah kurangnya kesadaran yang memadai tentang konsep PbD. Bednar et al. (2019) menemukan bahwa banyak insinyur masih menganggap PbD sebagai beban tambahan, meskipun mereka memahami pentingnya perlindungan privasi. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran melalui pelatihan dan pendidikan sangat diperlukan agar para insinyur memiliki pemahaman yang lebih baik tentang manfaat jangka panjang PbD. Peningkatan kesadaran ini juga terbukti mengurangi ekspektasi bahwa PbD sulit diimplementasikan. 

Selain itu, pengaruh sosial juga berperan penting dalam mendorong adopsi PbD. Dukungan dari rekan kerja dan pemimpin di tempat kerja dapat memengaruhi sikap individu terhadap teknologi baru, sebagaimana ditunjukkan oleh Bu et al. (2020). Ketika lingkungan kerja mendukung dan mendorong penerapan PbD, para insinyur cenderung lebih termotivasi untuk mengikuti tren ini, yang akhirnya meningkatkan tingkat adopsi secara keseluruhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline