Abstrak
Ibnu Sina cendekiawan muslim l menyumbangkan buah pikirnya di masa kejayaan ilmu pengetahuan Islam. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh sistem pemerintahan yang mendukung terbukanya akses ilmu pengetahuan.Begitu banyak peran ilmuwan atau cendekiawan muslim yang memengaruhi penemuan di masa kini. Mereka menelurkan banyak pengetahuan baru dalam berbagai bidang keilmuan, salah satu yang paling besar dampaknya adalah bidang kesehatan.
Pendahuluan
Biografi Singkat Ibnu Sina
Ibnu Sina berasal Bukhara yang saat ini menjadi bagian dari Uzbekistan. Beliau dilahirkan disana pada bulan safar 370 H atau agustus 980 M. Nama asli ibnu sina adalah Abu Ali Husain ibnu Abdullah ibnu Sina dan juga sering dikenal sebagai Avcienna di dunia barat serta dijuluki sebagai pangeran paradokter. Ibnu Sina salah satu ilmuan muslim yang berpengaruh, Karya-karyanya dibidang kedokteran banyak digunakan dan memberi inspirasi di berbagai negara, khususnya selama berabad-abad di Eropa, sebelum temuan-temuan mutakhir di bidang ini. Salah satu karyanya yang monumental di bidang kedokteran adalah Qanun fi at-Thibb[1]
Ibnu Sina mendalami ilmu medis atau kedokteran saat berumur 16 tahun. Bukan hanya pada tataran teoritis semata tetap juga pada tataran praktis. Setalah mempelajarinya ibnu sina pergi ke desa-desa untuk memberikan pengobatan kepada orang miskin, dan menjadi pendidik bagi anak-anak orang yang tidak mampu tersebut. Artinya ibnu sina tiak hanya belajar dari teoritis, tetapi perjalanan hidupnya membuatnya mendapatkan pengalaman baru. Dan ia menjadi dokter yang terakui pada umur 18 tahun. (Irawan, 2015).
Pembahasan
Kontribusi Ibnu Sina dalam ilmu filsafat kedokteran sangatlah signifikan. Karyanya yang paling terkenal, "Al-Qanun fi al-Tibb" (The Canon of Medicine), menjadi ensiklopedia medis yang komprehensif dan menjadi rujukan utama selama berabad-abad. Buku ini membahas berbagai aspek kedokteran, mulai dari anatomi, fisiologi, hingga diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit.