Geografi fisik adalah suatu bidang geografi yang di dalamnya mencakup segala hal yang berkaitan dan berkenaan dengan studi suatu proses dan pola di lingkungan alam bumi. Permukaan bumi merupakan suatu tempat berbagai makhluk hidup. Menurut ilmu lingkungan, permukaan bumi merupakan ekosistem yang sangat besar, yang dapat dibagi menjadi beberapa ekosistem yang lebih kecil. Terdapat interaksi antara makhluk hidup yang hidup dalam suatu ekosistem dengan lingkungan alamnya. Ilmu yang mempelajari interaksi ini dikenal sebagai ekologi. Istilah ekologi pada awalnya diperkenalkan oleh seorang ahli biologi Jerman. Ekologi berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan logos yang berarti pengetahuan, jadi ekologi adalah ilmu tentang hubungan yang dinamis. dan rumah atau lingkungannya. Ekosistem terdiri dari unsur-unsur lingkungan yang saling berinteraksi, termasuk manusia, unsur alam hayati, unsur alam tak hidup, dan sumber daya buatan manusia. Perhatian utama geografi fisik adalah lapisan hidup dari lingkungan fisik.
Ada lima konsep dasar yang dapat membantu menjelaskan interaksi dan pengaruh proses fisik di permukaan bumi. Konsep-konsep ini dikenal sebagai sistem, batas, gaya, keseimbangan alam, dan keadaan permukaan bumi. Suatu sistem di sini dipahami sebagai sekumpulan elemen yang saling menguntungkan sehingga saling mempengaruhi satu sama lain secara keseluruhan. Misalnya pada siklus air (sistem perputaran suatu badan air di permukaan bumi) hal ini masuk dalam ilmu Hidologi, ada beberapa daerah yang tinggi, rendah, datar, bergelombang, berbukit dan bergunung. Perbedaan permukaan bumi ini disebut relief permukaan bumi. Relief permukaan daratan benua seperti yang kita ketahui meliputi dataran rendah, dataran, lembah, lereng, perbukitan dan pegunungan. Di dasar laut kita mengenal antara lain landas kontinen, landas laut, pegunungan dan kedalaman laut.
Formasi yang terbentuk di darat dan di dasar laut disebabkan oleh terbentuknya permukaan bumi yang disebut dengan tenaga geologi. Beberapa tenaga geologi tersebut berasal dari dalam bumi dan disebut sebagai proses endogen, sedangkan yang berasal dari luar bumi disebut sebagai proses eksogen. Dalam konteks ini, fenomena (Geografi fisik) yang dibahas adalah proses endogen, yang meliputi proses letusan gunung berapi dari dalam bumi, yaitu proses vulkanisme.
Vulkanisme adalah fenomena di mana batuan cair (magma) meletus di permukaan Bumi atau di planet atau bulan permukaan padat, melepaskan lava, piroklastik, dan gas vulkanik melalui celah di permukaan yang disebut ventilasi. Letusan gunung berapi adalah salah satu bencana alam terbesar dan ditandai dengan keluarnya magma dari perut gunung. Letusan gunung berapi adalah bagian dari aktivitas gunung berapi yang disebut erupsi. Gunung api terbentuk akibat keluarnya magma dari dalam bumi bersama arus konveksi panas, proses tektonik yang disebabkan oleh pergerakan dan pembentukan lempeng (kerak), akumulasi tekanan dan suhu cairan magma yang mengakibatkan pelepasan energi. (Nurjanah, Sugiharto, Kuswanda, BP dan Adikoesoemo, 2012).
Letusan gunung berapi merupakan salah satu penyebab bencana yang seringkali menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian. Dalam kaitannya dengan risiko bencana, wilayah yang rentan bencana ini tidak hanya karena jenis bencana yang ditimbulkannya, tetapi juga karena kondisi lingkungan dan jumlah penduduknya. Letusan gunung berapi biasanya disertai dengan abu, pasir, kerikil, batu, gas, dan terkadang lahar, yang memiliki daya rusak yang besar. Material letusan yang terlontar dari kawah bisa mencapai ribuan meter dan jika meluas cukup mengganggu lalu lintas udara. Risiko bencana yang disebabkan oleh letusan gunung berapi dapat meningkat ketika masyarakat lokal yang terancam tidak menerima ketidaksiapan mereka dan ketika lingkungan alam telah kehilangan ketahanan alaminya.
Letusan Gunung Merapi merupakan salah satu bencana yang tidak terhindarkan yang menghasilkan material vulkanik. Gundukan material vulkanik yang menutupi tanah, terutama tanah pertanian, tingginya bervariasi tergantung letak tanah atau ketinggian tanah. Semakin tinggi tumpukan material erupsi Merapi, semakin murah harga tanah tersebut. Pemilik lahan/buruh harus bekerja keras membersihkan timbunan sampah dan menderita kerugian besar akibat rusaknya tanaman mereka. Meskipun abu vulkanik dapat menyuburkan tanah dalam jangka panjang, namun pada kenyataannya masyarakat cenderung berpikir jangka pendek, yang mempengaruhi penilaian mereka terhadap lahan pertanian yang terkena dampak letusan. Dampak selanjutnya dari aktivitas vulkanik adalah ketebalan material vulkanik yang menutupi batas-batas kepemilikan suatu tanah. Lapisan material vulkanik yang tebal dari letusan gunung berapi atau lahar dingin menyebabkan garis batas kepemilikan tanah kabur dan terkadang menghilang, terutama di tepian sungai. Hal ini mempersulit Badan Pertanahan Nasional dan pemilik tanah untuk menetapkan batas-batas tanah mereka.
Pada umumnya, bagi banyak orang, lereng adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, tidak dianggap sebagai tempat tinggal yang diinginkan. Namun demikian, warga yang tinggal di dekat Gunung Merapi lebih memilih untuk menghadapi resiko dari pada harus pindah jauh dari lingkungan gunung. Pada umumnya orang-orang yang tinggal di lereng gunung merapi dengan berbagai kegiatan pertanian menjadi tulang punggung perekonomian desa-desa, hal tersebut dikarenakan tanah vulkaniknya yang subur membuat tanaman para petani menjadi tumbuh dengan baik. Tidak hanya kegiatan berkebun, mata penceharian masyarakat sekitar lereng gunung kebanyakan sebagai seorang peternak sapi, hal tersebut dikarenakan pada daerah sekitar pegunungan masih tersedianya pakan hijau ternak maupun sumber air yang melimpah. Alas an lainnya ternak sapi cocok di daerah pegunungan karena pada daerah pegunungan yang memiliki cukup hawa dingin, maka dari itu ternak akan lebih banyak makan dibandingkan dengan ternak di daerah yang suhunya lebih tinggi.
Perlu kita ketahui bahwa bencana alam yang diakibatkan oleh fenomena fisik tidak dapat dihindari dan sudah menjadi fenomena alam yang wajar. Kita sebagai manusia yang terkena bencana harus siap menerima dan menanganinya dengan sebijaksana mungkin. Seperti pada uraian aksi letusan gunung api di atas. Pemetaan ulang diperlukan untuk memastikan kepemilikan tanah, terutama wilayah yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat lokal. pemerintah dan penduduk desa yang memiliki tanah paling tertarik untuk merealokasi dan mengukur kepemilikan tanah. Pemetaan ini dapat membantu tata guna lahan di daerah yang terkena dampak letusan Gunung Merapi dan lahar dingin. Namun, inisiatif seperti penghijauan, penanaman pohon atau penghijauan juga harus tetap dilakukan terkait dengan status medan. Penghijauan yang lebih efektif dapat dicapai dengan menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H