Semakin jelas saja. Ini bukan perkara demokrasi, penegakan hukum, dan segala macam prosesi pesta demokrasi. Ini tentang kerakusan dan kesombongan kuasa Kaltim-Jakarta yang berkomplot untuk memangsa Kaltara. Siapa mengira, dendam dan kebodohan Jakarta yang berkongsi dengan para bajingan pemakan batu bara di Kaltim itu bisa sebesar ini? Dan kini, menampakkan diri dalam wujudnya yang paling menjijikan?
Sejak Kaltara lahir menjadi provinsi sendiri, kemudian menggelar Pilkada, boleh saja Kaltara kemudian berdiri menjadi provinsi sendiri, tapi kekuasaan atasnya harus tetap berada di tangan orang-orang yang sama. Melalui seorang yang jelas-jelas sebagai wujud perpanjangan tangan kepentingan Kaltim dan Jakarta. Kaltara hanya boleh menjadi entitas birokrasi dan administrasi belaka, bukan menjadi sebuah pemerintahan daerah sebagai aspirasi masyarakat, dan yang akan berusaha mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya sendiri.
Hari ini, 22 Desember 2015, Dr. Drs. Marthin Billa, MM, tokoh pedalaman Kaltara, bersama istrinya, dijemput paksa dari apartemnnya di Jakarta oleh polisi. Mudah dimengerti, Polisi menduga, tokoh Dayak yang paling dihormati di Malinau dan Kaltara ini memiliki kaitan dengan peristiwa pembakaran aula kantor Pemprov Kaltara dan beberapa kendaraan dinas Pemprov, pada peristiwa demonstrasi penolakan hasil Pilkada Kaltara, Jumat, 19 Desember 2015.
Adakah pengertian polisi bahwa tindakan jemput paksa terhadap tokoh dayak ini berarti mengungkit soal paling mendasar yang bisa mengguncang pondasi keamanan di Kaltara? Atau mereka mengerti sepenuhnya dan memang sedang melaksankan rencana susulan untuk menghabisi semua potensi perlawanan penduduk asli Kaltara atas ketidakadilan di Kaltara? Agar kelak, setelah tertib berhasil diciptakan, penghisapan atas kekayaan bumi Kaltara bisa berjalan tanpa gangguan? Ini yang paling masuk akal. Ini adalah serangan balik untuk membabat habis hak-hak penduduk asil Kaltara, yang sempat mengemuka melalui demonstrasi itu.
Inilah yang sekarang terjadi. Pengepungan atas kekuatan asil Kaltara oleh persekongkolan Kaltim dan Jakarta, dengan pembenaran hasil Pilkada yang jelas-jelas merupakan hasil dari kecurangan serius. Ingat saja, bahwa di daerah-daerah pertambangan, operasi polisi itu dibiayai oleh perusahaan-perusahaan tambang. Tidak perlu investigasi mendalam untuk ini. Semua orang tahu belaka. Maka jika sekarang polisi bisa mengirim petugasnya ke Jakarta untuk menjemput Marthin Billa, mudah dimengerti asal muasal kepentingannya: batu bara di Kaltara.
Sungguh mengerikan apa yang bakal terjadi, jika rencana polisi itu adalah mengkriminalisasi Marthin Billa atas pembakaran aula Pemprov Kaltara dan beberapa kendaraan dinas di sana. Marthin Billa akan dilabeli sebagai aktor intelektual, dalang kerusuhan. Targetnya tidak berhenti di sana. Jika Marthin Billa bisa ditetapkan sebagai tersangka, maka statusnya sebagai calon wakil gubernur bakal gugur begitu saja. Dan pasangan Irianto-Udin melenggang ke kursi kegubernuran. Inikah rencana mereka? Jika demikian, bersiap-siaplah akan munculnya reaksi penduduk asli Kaltara yang serba tak bisa diduga. Semoga tidak ada darah yang tertumpah di Kaltara! (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H