Lihat ke Halaman Asli

Matinya Kebebasan Pres di Yogyakarta

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Masih teringat 15 tahun ketika pelajaran PPKn (kalo sekarang kewarganegaraan ) lalu ketika Guru SD saya menerangkan keadilan, HAM dan mengambil contoh kasus pembunuhan wartawan yang waktu itu heboh nama udin. Saking lugunnya saya waktu itu sayaa nggak ‘’nggeh’’ dengan kasus tersebut dan ketika aku agak besar sampai sekarng (umur 23 tahun )sedikit demi sedikit belajar mengenai HAM dan Keadilan yang pada akhirnnya mengingatkan saya ke Jaman SD dulu yaitu Kasus Bang Udin.

[caption id="attachment_126596" align="alignleft" width="300" caption="Alm Bang Udin"][/caption] Bang Udinyang bernama lengkap Fuad Muhammad Syafruddin kelahiran di Bantul 18 Febuary 1964, merupakan wartawan Harian Bernas Yogyakarta yang kerap menulis artiket kritis kebijakan orde baru dan militer dan aktif sebagai wartawan sejak 1986. Hingga akhir hayatnnya meninggal diYogyakarta,16 Agustus1996pada umur 32 tahun) dalam rangka tugas jurnalisme karena dianiaya orang tidak dikenal karena menulis kasus korupsi yang dilakukan bupati bantul pada waktu itu.

Kronologi kejadian bias di lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Fuad_Muhammad_Syafruddin

Saat ini Genap 15 tahun dari saya mulai SD hingga S2 kasus tersebut masih menjadi tanda Tanya. Keluarga Bang Udin –pun- dipaksakan Ikhlas, namun tidak dengan saya dan teman teman saya sebagai Cityzen Jurnalism bahkan para wartawan kerabat Bang Udin.

Kejanggalan proses hukum seperti kronologi kejadian diatas membuat risih di Negara yang ‘’katannya’’ demokratis ini. Saya masih ingat ungkapan Bapak Drs Bambang Suparno selaku WAKABAHARKAM Inspektur Jendral Polisi Markas Besar Kepolisian Republik Indonesiadihadapan saya peserta pendidikan Lemhanas RI Juli 2011 lalu bahwa Kepolisian saat ini sudah mulai berubah, mencoba memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat dan akan berlaku adil, menjalankan hokum tanpa pandang bulu.

Namun hal tersebut bertentangan dengan implemntasi dilapangan. Kebijakan Kapolda DIY baru yaitu Kapolda Brigjen Pol Tjuk Basuki, menolak menyidik kembali kasus pembunuhan wartawan Bernas Fuad Muhammad Syafruddin. http://www.vhrmedia.com/2010/detail.php?.e=3912sangatlah melukai dan mencederai rasa keadilan, dan kebebasan press.

Pergantian Kapolda sudah selayaknnya dijadikan momentum untuk memberikan Keadilan yang nyata, menjalankan hukum tanpa pandang bulu dan harus ada sinergi antara kepolisian pusat dan daerah, jangan jadikan ungkapan Pak Polisi Bambang Suparno Inspektur Jendral Polisi hanya wacana saja serta pergantian Kapolda hanya dijadikan simbolitas, kesempatan berkarir, dan bagi bagi ‘’rejeki’’ semata.

Dibulan penuh barokah ini saya berdoa kepada Allah SWT  supaya Alm. Bang Udin diberikan cahaya dialam kubur, meninggal sebagai khusnul khatimah dan amal ibadahnnya diterima Allah SWT. Amien

Buka hatimu.....(untuk Kapolda DIY)

Buka sedikit...untuku.... ( Keadilan, Kebebasan Press)

Sehingga diriku...(Masyarakat)

bisa memilikimu..... ( untuk Kepolisian Republik Indonesia)

( Nada : Armada band)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline