Lihat ke Halaman Asli

Persoalan Sampah di Perkampungan

Diperbarui: 13 Mei 2024   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah: Doc. Pribadi

Persoalan sampah di perkampungan masih dianggap sepele oleh masyarakat. Berbeda dengan perkotaan yang memang sudah ada lembaga yang memperhatikan soal sampah, dan sudah banyak tempat pembuangan sampah yang memadai. Meskipun persoalan sampah di perkotaan masih sangat pelik untuk dibereskan.

Mengapa masyarakat di perkampungan belum ada kesadaran dengan persoalan sampah. Karana tanpa mereka sadari, kampung mereka terus berkembang. Dari kehidupan yang sederhana, artinya persoalan sampah hanya sebatas dedaunan kering. Kini di perkampungan perlahan-lahan masyarakat mulai memakai atau mengonsumsi, produk-produk yang berkemasan plastik.

Inilah persoalan utama manusia, bukan hanya soal sampah plastik yang berbahaya. Baik di perkotaan atau di perkampungan. Manusia kurang terlalu memperhatikan akan suatu bahaya yang akan terjadi di masa depan. Dan kita tahu sampah plastik, membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa terurai. Sedangkan manusia terus melahap dengan rakusnya produk-produk berkemasan plastik.

Jika masyarakat belum mempunyai waktu untuk bertindak, akan bahaya sampah plastik di masa depan. Atau belum merasakan bahaya sampah plastik pada waktu sekarang secara signifikan. Kini ada salah satu jenis sampah yang bisa membuat masyarakat sakit setiap minggu, bahkan perhari. Adalah sampah yang biasa kita gunakan untuk anak-anak kita. Yaitu, sampah popok sekali pakai.

Dengan lingkungan perkampungan yang terus bertumbuh, angka kelahiran juga terus berkembang. Secara langsung menyebabkan penggunaan popok juga makin bertambah. Sementara sampah-sampah plastik rumah tangga, perlahan mengotori dan tersebar sampai di sudut-sudut perkampungan. Kini bertambah lagi sampah popok yang semakin memperburuk keadaan lingkungan.

Masyarakat harus segera menyadari antara sampah daun kering dan sampah plastik, adalah dua jenis sampah yang berbeda, dan penanganannya juga berbeda, terutama sampah popok. Terkesan sampah popok mudah terurai, namun itu tidak seperti apa yang kita pikirkan. Sampah popok ternyata mengandung 50% bahan plastik, dan membutuhkan waktu 500 tahun untuk terurai.

Di perkampungan yang mulai berkembang, tempat sampah menjadi hal yang tidak diperhatikan. Masyarakat dengan gampangnya membuang sampah di sembarang tempat. Pokoknya dimanah tempat itu sekiranya aman dari jangkauan warga setempat. Tidak menjadi masalah jika itu di hutan atau di kali, bahkan di halaman sekitar rumah.

Jika sudah membuang sembarang tempat, alam (sungai atau laut) akan mengurainya dan menjadi serpihan-serpihan atau mikroplastik yang dimakan ikan. Masuk ke dalam tubuh manusia melalui ikan yang dimakan, kemudian mikroplastik tersebut melepaskan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker. Terdengar membutuhkan proses yang cukup lama untuk menjadi suatu penyakit yang mematikan.

Inilah kelemahan yang paling utama masyarakat yang tinggal di perkampungan. Bukan perkampungan yang secara umum di Indonesia, sehingga bisa disamaratakan. Tapi kurangnya kesadaran akan lingkungan yang ditinggalinya. Di setiap kampung memang jenis sampahnya sama, tapi proses masuknya penyakit dari sampah yang terbuang disembarang tempat, juga berbeda-beda.

Jika di perkotaan, hampir semua masalah sampah itu di aliran sungai. Tapi di perkampungan sampah hampir ada di sembarang tempat. Artinya masyarakat begitu dekat dengan sumber penyakit yang setiap saat akan menyerang mereka. Di perkampungan umumnya, mungkin masuknya penyakit dari ikan yang ditangkap di laut atau sungai. Di kampung yang saya tinggali adalah hewan anjing yang paling berpotensi menyebarkan penyakit dari sampah popok ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline