National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai kemampuan menyeluruh yang mencakup membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan pemecahan masalah. Ini berarti literasi tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang keterampilan praktis yang kita butuhkan untuk sukses dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan literasi yang baik tidak hanya memengaruhi keberhasilan akademik, tetapi juga keterampilan hidup yang lebih luas. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kemampuan literasi siswa adalah filosofi pendidikan yang diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Salah satu filosofi pendidikan yang penting untuk dibahas adalah filsafat realisme. Filsafat ini berpengaruh dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam cara pandang terhadap dunia nyata, serta bagaimana siswa memperoleh dan memproses pengetahuan.
Realisme adalah suatu aliran filsafat yang menganggap bahwa kebenaran adalah representasi nyata atau sebenarnya dari dunia nyata dari gagasan yang ada dalam pikiran seseorang. Realisme sebagai salah satu aliran filsafat yang berpengaruh, menawarkan perspektif unik dalam memahami pendidikan. Aliran ini berpandangan bahwa dunia nyata atau realitas objektif itu ada, independen dari pikiran manusia. Realitas ini dapat diketahui melalui panca indera dan akal budi, dan pengetahuan yang diperoleh dari proses ini dianggap sebagai pengetahuan yang valid dan dapat diandalkan.
Dalam konteks pendidikan, realisme menekankan pentingnya menghubungkan proses pembelajaran dengan dunia nyata. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang bermakna adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung dan observasi terhadap fenomena alam. Pendidikan yang berlandaskan realisme akan mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan eksplorasi, eksperimen, dan pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran, realisme Aristoteles menekankan pentingnya pemahaman daripada sekadar menghafal. Perspektif filsafat pendidikan realisme juga berarti mengakui nilai penting fakta-fakta abstrak dan konkret dalam mencapai kemampuan ilmiah yang diinginkan (Budiarti et al., 2022). Realisme dalam pada proses pembelajaran harus berorientasi pada kenyataan objektif dan dunia nyata, yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung serta penggunaan media yang relevan.
Realisme dalam Konteks Filsafat Pendidikan
Filsafat realisme, yang berkembang dari ajaran Aristoteles, berfokus pada pemahaman bahwa dunia ini memiliki struktur dan hukum yang objektif yang dapat dipahami melalui pengamatan dan pengalaman empiris. Realisme menganggap bahwa kenyataan di luar pikiran manusia bersifat independen dan dapat dipahami secara rasional. Dalam pendidikan, realisme mendukung gagasan bahwa pengetahuan tentang dunia harus diperoleh melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan dunia nyata, baik itu melalui observasi, eksperimen, atau penggunaan sumber daya yang mencerminkan kenyataan. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan, filsafat realisme menekankan pentingnya mengajarkan siswa tentang dunia nyata melalui materi yang konkret dan relevan, dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang diperlukan untuk memahami fenomena yang terjadi di sekitar mereka.
Realisme dalam pendidikan sering kali diasosiasikan dengan pengajaran yang berbasis pada fakta-fakta objektif, disiplin ilmu yang mendalami hukum alam, serta pendekatan yang memfokuskan pada penggunaan sumber daya yang ada di dunia nyata, seperti buku, eksperimen ilmiah, dan kegiatan praktikal. Filosofi ini juga sering kali berlawanan dengan pandangan idealisme, yang menekankan bahwa pengetahuan lebih bersifat subjektif dan berhubungan dengan dunia ide.
Prinsip-Prinsip Utama Filsafat Realisme dalam Pendidikan
Realisme memiliki beberapa prinsip utama yang memengaruhi praktik pendidikan. Berikut adalah beberapa prinsip tersebut:
- Pengetahuan Berasal dari Pengalaman Dunia Nyata
Salah satu prinsip utama dalam filsafat realisme adalah bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman dunia nyata. Dengan demikian, dalam konteks literasi, siswa harus didorong untuk memperoleh pengetahuan melalui teks yang menggambarkan kenyataan dan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk literatur yang berkaitan dengan sejarah, sains, sosial, dan budaya, yang memungkinkan siswa untuk terhubung dengan realitas yang mereka alami. Hal ini membuat pembelajaran lebih bermakna, karena siswa melihat relevansi langsung dari apa yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka sehari-hari (Kusumawati, 2016). - Keterkaitan Antara Pengalaman dan Pembelajaran
Realisme menekankan pentingnya pengalaman konkret dalam proses belajar. Pembelajaran yang efektif harus melibatkan siswa dalam situasi yang menghubungkan pengetahuan teoritis dengan realitas praktis. Misalnya, dalam pengajaran literasi, siswa dapat didorong untuk membaca teks-teks nonfiksi atau bahan bacaan yang mencerminkan kehidupan sosial dan budaya mereka. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap dunia sekitar serta kemampuan mereka untuk menganalisis informasi dengan kritis. - Pendidikan Sebagai Proses Objektif
Filsafat realisme menekankan objektivitas dalam proses pendidikan. Materi ajar harus didasarkan pada fakta dan informasi yang dapat diuji dan dibuktikan. Dalam pengajaran literasi, ini berarti bahwa siswa tidak hanya diajarkan untuk memahami teks secara subyektif, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan kritis yang memungkinkan mereka untuk menganalisis fakta dan data dengan cara yang objektif dan logis. - Pentingnya Guru Sebagai Pemandu dan Pengarah
Dalam pandangan realisme, guru berperan sebagai pemandu yang membantu siswa untuk memahami dunia nyata melalui pembelajaran berbasis fakta dan konsep-konsep yang terbukti secara ilmiah. Guru diharapkan untuk memfasilitasi pengalaman belajar yang memadai, serta memberikan arahan yang jelas agar siswa dapat mengeksplorasi dan memahami pengetahuan secara lebih mendalam. Guru menyampaikan fakta-fakta yang diperlukan dengan jelas dan memberikan dukungan empiris untuk setiap konsep yang diajarkan. Siswa diajarkan untuk membedakan antara opini dan fakta, serta untuk mengevaluasi informasi berdasarkan bukti yang tersedia.
Filsafat Realisme dan Kemampuan Literasi Siswa