Lihat ke Halaman Asli

[KC] Bee Mine

Diperbarui: 22 Oktober 2015   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Aku tatap kembali halte bus diatas trotoar bisu ini, disini tempatmu mengucap perpisahan, meski hanya sementara -katamu!- tak membuatnya cepat hilang dari ingatanku. Kucoba menguatkan hati, memejamkan mata untuk kemudian kubuka kembali dengan bulir-bulir bening mengalir diantaranya. Aku masih mengingatnya, senyuman itu, wajah sendu itu, serta tatapan teduhnya, semua tentang kamu. Kamu yang harus berbalik arah meninggalkan jejak-jejak yang sudah sempat kita lalui, untuk pergi dan meraih apa yang Kau sebut itu mimpi.

Tak pernah kubayangkan jika menahan rindu itu sesakit ini, kenapa dulu aku membiarkanmu pergi meninggalkanku disini. Tapi, argh… tidak! Tidak! Menahanmu disini adalah perbuatan egois. Hai kamu, kamu yang telah membiarkan cinta diam dalam dekapan rindu, kamu yang pergi saat cinta pertama kali kunyatakan, apa kabarmu hari ini? Masihkah cintamu untukku? Aku masih menunggumu disini, aku merindukanmu, Bee.

=====

Sahabat kecil dengan rambut poni kuda, terkadang menangis manja meminta Bundanya menemani dikelas, yang sering jadi bahan keusilanku dikelas, tas punggung berkarakter Kartun Favoritnya “Doraemon” membuat Dia semakin mudah dikenali, tak jarang Aku mengolok-oloknya dengan sebutan “ondel-ondel pasar nyamuk” karena bedak di wajahnya seringkali tidak merata. Entah berapa banyak keusilanku yang mungkin membuatnya kesal, namun tak sekalipun Dia marah.
Rumah kami berdekatan, oleh karena itu. Selain berteman di sekolah, kami juga berteman akrab dirumah. Sifatnya yang cuek dan sedikit tomboy, membuat Dia lebih sering bermain bersama anak-anak laki-laki.

Riyadatul Aisy, demikian gadis aneh itu memiliki nama.

Tapi... itu dulu, Aisy kini tumbuh menjadi remaja cantik yang feminin, tak heran jika dia banyak didekati remaja lelaki sebayanya. Tapi mereka semua tak membuat Aisy tertarik, ingin fokus pada pendidikan begitu katanya alasan dia tak menerima satupun cinta yang datang kepadanya.

=====

Malam semakin larut ditandai dengan hembusan angin yang bertiup dingin menusuk kulit. Hanya itu, hembusan angin dan gemerisik daun-daun yang saling bergesekan menemani malam Aisy kali ini untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, sayup-sayup kudengar suara merdunya ketika melantunkan ayat-ayat suci itu, karena rumah kami hanya berjarak beberapa jengkal tanah. Ini adalah rutinitas malam yang mampu membawa ketenangan pada hati siapapun yang melakukannya, ayat demi ayat dia lantunkan dengan suara yang begitu lembut dan merdu di dengar. Cukup lama dia tertegun, bermuhasabah dan bertadabur pada rangkaian-rangkaian suci itu.

“Assalamu’alaikum..” Kuketuk perlahan pintu rumah Aisy, agar tidak terlalu berisik dan mengganggu tetangga lain yang mungkin sudah beranjak ke peraduan malam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline