Lihat ke Halaman Asli

Sang Santri

Santri suka menulis

Melamar Guru Sendiri

Diperbarui: 15 Desember 2020   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Bu Andin berjalan kesebelah papan tulis. Dia baru saja menghela nafas. Dia fikir "ya bagaimana lagi". Semerebak bau spidol mulai tercium. Sesaat setelah goresannya pada huruf-huruf hijaiyyah yang terangkai menjadi kata-kata.  Walaupun hari ini tulisannya tak sebagus biasanya. Bayangan difikirannya menguras tenaganya untuk fokus.

"Ayo adek2 semuanya paham," ucapnya sambil mengetukkan spidol.

" paham bu," jawab para murid kelas 2 mts kerso.

Bu Andin memperhatikan muridnya. Tidak semua murid menjawab. Ada yang sudah hilaang didunia mimpinya. Sang bu guru hanya bisa menggelengkan kepala. Lebih parahnya pada sisi pojok sebelah kiri, Najih n d gang sedang membuat majlis mereka sendiri. Sama sekali tak memperhatikan.  Sang guru kembali menggelengkan kepala.

"Najih, Sarip, Ricza.!!!". Bu andin memanggil sambil mengeraskan kan suaranya.

Seketika berhenti majlis mereka. Sarip menghadapkan wajahnya kedepan. Faham maksud bu andin. Tapi beda ceritanya yang dilakukan dua begundal yang lain.

"Siap bu guru cantikku". Ucap Najih
"Siap bu guru manisku " ucap Ricza.

"Ciee, cieeee." Kelas bergemuruh. Para bangkaipun ikut bangkit. Dan pula ikut meramaikan. " cieeeee"

Sedang Najih dan Ricza membusungkan dada sebagai tanda kemenangan mereka. Bu Andin diam saja tak merespon.

"Kalian berdua kenapa ngobrol sendiri!!!" Suara bu andin agak meninggi. Tidak ada senyum apapun di wajah beliau.

"Sekarang jawab pertanyaaan ibu. Untuk Ricza, ini rumah bahasa arabnya apa?".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline