Lihat ke Halaman Asli

Sang Santri

Santri suka menulis

Pro Kontra Profesi Guru

Diperbarui: 21 November 2018   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul diatas saya kira merupakan judul yang menarik untuk para pelajar. Khususnya anak pondok. Keyakinan saya sediri sering berganti-ganti dalam menanggapi stetement demikian.

Dalam beberapa kesempatan saya juga beberapa kali berdebat dengan teman saya tentang profesi guru. Waktu itu saya pro.  Teman saya kontra. Dan pada akhirnya kembali tidak ada titik temu diantara kita.

Teman saya itu saking kontranya Sampai-sampai dia males masuk jurusan keguruan dikarenakan menurutnya profesi itu tidak ikhlas sepenuhnya dalam menyebar ilmu. 

Keyakinan memang hal yang penting bagi anak-anak pondok. Keyakinanlah yang  melatar belakangi segala yang dilakukan. Oleh karena itu sini saya ingin sedikit membahas apa yang menjadi keyakinan saya terhadap statement diatas. Siapa tau masuk akal. Dan bermanfaat. Amin.

Apa yang melatar belakangi prasangka temanku sangatlah beralasan. Ilmu didalam pembahasan kitab-kitab ulama salaf menjelaskan dengan gamblang seberapa berbahayanya mengajar yang ditujukan untuk dunia. 

Di dalam kitab kifayatul atkiya' misalnya. Disana ada pembahasan ulama akhirot dan ulama dunia. Ulama dunia adalah ulama yang bertujuan untuk dunia, kehomatan, ingin dipuji dll. Baginya laknak allah diberikan. Sebaliknya untuk ulama akhirat, mereka ikhlas dalam menyebatkan ilmu. Ganjarannya adalah surga dengan derajat yang sangat tinggi.  

Keyakinan yang seperti itu adalah benar adanya. Saya setuju, memang kita harus benar-benar menghindari meniatkan mengajar untuk kepentingan dunia. Namun kita juga perlu menggaris bawahi, bahwa tidak semua orang yang mendapat uang dari mengajar itu berniat pada dunia. Jika orang kaya saja bisa zuhud (yang benar-benar berlawanan). Apalagi dengan yang hanya begini.

Sebelum kita memberikan judge macam- macam, seharusnya kita juga harus tahu bagaimana keadaan zaman yang kita hidupi sekarang. Karena orang yang berakal itu adalah orang yang mengerti zamannya. Alal aaqil arifan bizamani(biasanya mbah yai maimun sering mendawuhkan ibaroh ini).

 Perlu diketahui sekarang ini untuk bisa masuk suatu lembaga ternyata berbeda keadaannya dengan yang dulu. Selain kemampuan penguasaan terhadap materi yang akan disampaikan, di Kebanyakan lembaga, seseorang juga diharuskan memiliki legalitas kemampuan(ijazah/ sertifikat) sebagai pendidik yang profesional. Hal ini bahkan disyaratkan oleh semua sekolah yang berada di bawah pemerintah(sekolah negeri). Yang artinya, seseorang tidak bisa memasuki lembaga tersebut jika tidak memiliki syarat yang kedua ini.

 Selain itu Tuntutan dari pemerintah bagi guru entah swasta ataupun negeri juga sangat besar. Sampai seakan  bagi guru tidak boleh  harinya digunakan untuk  berpikir selain kegiatan keguruan. Bagaimana tidak, yang kita ketahui sekarang ada 24 jam seminggu masa belajar guru.  Yang artinya tiap hari guru harus masuk ke sekolah enam jam. Itu tiap hari. kurikulum terbaru k13 juga menekankan guru untuk berbuat lebih dari hanya sekedar menyampaikan materi.

Kedua hal tersebutlah yang kemudian mempengaruhi sikap kebanyakan orang yang  berada di jurusan keguruan. Saya sendiri yakin bahwa tidak melulu bagi seseorang yang memasuki kuliah kependidikan dengan serta merta bertujuan untuk uang(dalam mengajarnya). Dari keadaan yang kami paparkan, bagi siapapun, itulah jalan yang paling mudah dan pasti agar bisa mengajar. Walaupun banyak sebenarnya lembaga lain yang bisa menerima mereka tanpa legalitas tersebut. Akan tetapi jumlahnya terlampau sedikit di bandingkan dengan kelembagaan selainnya. Maka dari itu masuk akal apabila orang tersebut lebih memilih jalan yang pasti dari pada jalan yag belum pasti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline