Lihat ke Halaman Asli

Tanya Kenapa?

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanya :

Kasus Century bisa lambat terpecahkan,sampai yang berperan di dalamnya satu demi satu sakit,pergi dan mungkin mati? Apa tunggu ada "'pemutihan" sejarah seperti kisah Priuk,Timtim,Semanggi ya?

Kenapa Gedung Sekretariat Negara bisa terbakar,padahal itu gedung paling steril,keamanan 24 jam,isinya berkas rahasia negara (termasuk century gate). Masa perawatan gedungnya sama dengan cara merawat rumah warga yg tempo hari kebakaran di Senen,Jakarta? Pasti nanti alasannya konsleting,bukan? Kenapa gak dicoba pakai alasan lain yang lebih heboh,dibakar misalnya?

Kenapa kasus pengeroyokan -tepatnya,betrokan,yang melibatkan  TNI-POLRI bisa beruntun terjadi di negeri ini ya? Yang terhangat sebut saja, "serangan" ke mapolres OKU dan baru tadi pagi "serbuan" ke LAPAS di sleman. Apakah semua itu cuma karena emosi/pertemanan? Bukannya di setting ?

Kenapa semua ini terjadi ketika partai penguasa sedang disorot media dan masyarakat gara2 banyak kadernya yang makan uang rakyat?

Kenapa juga semua ini terjadi ketika petinggi keamanan sedang ditelanjangi KPK sehingga "koleksi"  istri dan hartanya diumbar ke media massa? Mungkinkah para sahabat dan rekan kerja beliau sedang mati2an berusaha supaya tidak ikut muncul di publik ?

Kenapa e-ktp kita  menggunakan alat yang 100% berasal dari negeri paman sam? Kalau pemilu thn depan dilaksanakan, bisa bisa sang paman tinggal tekan tombol dari server nun jauh di sana untuk memenangkan kandidat tertentu,bukan?

Kenapa saya seperti paranoid melihat situasi di negeri ini yang tidak lekas saling bersatu,menyatukan hati,dan menyadari bahwa negeri kita ini luar bisa besar potensi sumber dayanya,baik manusia,alam,maupun tehnologi.Namun sifat kemaruk harta lah yang membutakan mata petinggi2 kita,sehingga tidak bisa melihat potensi itu. Sadar atau tidak, satu demi satu pulau kita akan lepas ke tangan asing. Pun demikian juga dengan manusia2 pintarnya, yang lebih memilih "sejahtera" di negeri asing daripada " melarat dan terpinggirkan " di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline