Lihat ke Halaman Asli

A. Randi Purnama Putra

Ayah Dua Anak, Menyukai Resonansi Keteladanan Tokoh Negarawan

SBY Menanggapi Kritik dan Fitnah

Diperbarui: 25 September 2018   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.detik.com

Sikap SBY melakukan walk out dari proses deklarasi kampanye damai yang diadakan oleh KPU RI. Terjadi pro dan kontra dikalangan publik. Sebab telah menjadi sifat SBY selaku pemimpin untuk taat aturan.

Dalam aturan dinyatakan bahwa, semua atribut dan keperluan deklarasi telah disiapkan oleh KPU RI. Sedangkan beberapa tim sukses dari Projo membawa berbagai atribut kampanye dan massa yang banyak.

Upaya pembenaran dilakukan untuk mendukung kelakuan tim sukses. Maka setelah kejadian disilang monas, maka muncul argumentasi, reka cipta, desas desus, caci maki, dan tebar fitnah.

Dari ranah minang ada istilah "kabar buruk dihamburkan". Ini menjadi gambar utuh tentang fenomena kejadian kampanye pemilu. Lebih-lebih pemilu sekarang ini, dimana berita hoax bertebaran secara masif. Siapa dibalik semua, apakah ada komando?

Sedangkan fitnah tentang Asia Sentinel menjadi ujian bagi SBY dan Partai Demokrat. Beberapa argumentasi dibangun sedemikian rupa, tentang suatu kejadian tesebut. Apakah memiliki fakta dan dan data?, ternyata tidak. Asia Sentinel meminta maaf atas fitnah tersebut.

Pemainnya pun mulai level individu, kelompok orang teroorganisir rapi sampai organisasi. Bagaimana menyikapinya? Sebagai seorang pemimpin dipuji di kritik dan dicaci adalah keniscayaan. Tidak jarang cacian lebih banyak datang dari pada pujian.

Susilo Bambang Yudhoyono memberikan tamsil kritik sebagai obat "Ketika obat itu benar, sesuai jenis penyakit, dan dosisnya tepat, itu bikin sehat. Tetapi kalau obatnya keliru, dosis tak tepat, malah menambah penyakit."

SBY selaku presiden RI ke 6 dan juga ketua umum partai demokrat, memaklumi kritik, protes, dan aksi untuk rasa merupakan hak setiap warga negara di alam demokrasi. Namun, SBY juga sering mengingatkan bahwa dalam demokrasi ada aturan, tata cara, dan mekanisme. Pengabaian dan pelanggaran dengan segaja, maka yang rugi bukan hanya satu atau dua orang, tapi bangsa Indonesia akan rugi dan demokrasi akan mati.

Begitu juga pemimpin negara Indonesia saat ini. Mesti siap mental untuk menerima cacian, pujian, kritik dan fitnah yang bertebaran hari demi hari. Sedangkan menjadi ketua Rt dengan jumlah kepala keluarga tidak sampai 300 KK. Cacian dan juga fitnah tetap ada.

Tinggal tugas seorang pemimpin menunjukkan sikap yang pas. Apakah acuh, menjawab fitnah dengan menunjukkan kinerja. Atau menggunakan pendekatan hukum secara membabi buta.

"Manakala fitnah itu sungguh sangat keterlaluan, maka demi nama baik, demi kebenaran dan keadialan, dan merupakan hak saya, saya perlu menyampaikan penjelasan kepada rakyat." inilah sikap SBY sebagai negarawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline